Strain Korona Baru Sangat Menular
Upaya menghentikan Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung 9 bulan menghadapi tantangan baru seiring dengan adanya mutasi virus Korona baru dari Inggris yang memiliki kamampuan penularan lebih cepat. Apakah mutasi virus baru itu berpengaruh efektivitas vaksin dalam menciptakan respon kekebalan?

Ket. ilustrasi virus korona baru
Doc: ISTIMEA
Di Inggris, baru-baru ini ditemukan varian virus Korona baru yang diberi nama SARS-CoV-2 VUI 202012/01. Mutasi genetik pada protein lonjakan (spike protein) membuatnya sangat menular.
"Mutasi baru dapat mengubah biokimia lonjakan (spike) dan dapat memengaruhi seberapa mudah menularnya virus," ujar Peneliti Virologi, dari Queen's University Belfast Connor Bamford pada tulisanyya di laman Science Alert.
Ia mengatakan varian baru tersebut membawa beberapa perubahan aneh pada protein lonjakan yang dinilai sangat berbahaya. Sedangkan varian lainnya sebelumnya termasuk dalam kategori tidak berbahaya.
"Varian baru yang ditemukan di Inggris dan di tempat lain memiliki mutasi di seluruh lonjakan dan di bagian protein yang terlibat dalam masuk ke dalam sel Anda," kata dia.
Dalam dunia parasit, banyak bakteri atau jamur patogen dapat bertahan hidup sendiri tanpa menginfeksi sel inang, namun hal ini tidak berlaku pada virus. Organisme ini harus masuk ke dalam sel untuk bereplikasi dalam mempertahankan hidupnya.
Anda mungkin tertarik:
Sel-sel manusia telah berevolusi untuk menangkal gangguan semacam itu. Salah satu pertahanan utama kehidupan seluler terhadap penyerang adalah lapisan luarnya. Lapisan ini terdiri dari lemak yang menahan semua enzim, protein, dan DNA yang membentuk sel.
Sifat biokimia lemak, permukaan luarnya bermuatan sangat negatif dan bersifat menolak. Virus harus melewati penghalang ini untuk mendapatkan akses ke sel. Sementara virus seperti kehidupan seluler lainnya dikelilingi oleh selaput lemak yang dikenal sebagai selubung.
Agar bisa menembus sel, virus diselimuti protein atau glikoprotein, caranya dengan menggabungkan membrannya sendiri dengan membran sel yang diinfeksi lalu mengambil alih sel. "Protein lonjakan virus Korona adalah salah satu glikoprotein virus tersebut. Virus Ebola punya satu, virus influenza punya dua, dan virus herpes simplex punya lima," jelas dia.
Protein lonjakan pada virus terdiri dari rantai linier 1.273 asam amino, terlipat rapi menjadi sebuah struktur, yang bertabur hingga 23 molekul gula. Protein ini menempel dan tiga molekul lonjakan terpisah saling mengikat untuk membentuk unit fungsional "trimeric."
Protein lonjakan dapat dibagi menjadi unit fungsional yang berbeda, yang dikenal sebagai domain, yang memenuhi fungsi biokimia protein yang berbeda, seperti mengikat sel target, menyatu dengan membran, dan memungkinkannya untuk berada di selubung virus.
Bentuk protein lonjakan SARS-CoV-2 bulat kasar, tertanam di dalam amplop, menempel pada partikel virus. Untuk dapat menempel pada sel tubuh virus memiliki paku sebanyak 26 buah.
Salah satu unit fungsional dari paku ini mengikat protein di permukaan sel yang disebut reseptor ACE2. Reseptor ini memicu penyerapan partikel virus dan akhirnya terjadi fusi membran. Protein lonjakan juga terlibat dalam proses lain seperti perakitan, stabilitas struktural, dan penghindaran kekebalan.
Vaksin Versus Protein Lonjakan
Mengingat betapa pentingnya protein lonjakan untuk virus, banyak vaksin atau obat antivirus yang ditargetkan pada glikoprotein virus. Vaksi untuk SARS-CoV-2 yang diproduksi oleh Pfizer/BioNTech dan Moderna memberikan instruksi kepada sistem kekebalan manusia untuk membuat protein lonjakan versi tubuh manusia sendiri, yang terjadi segera setelah imunisasi.
"Produksi protein lonjakan di dalam sel tubuh manusia kemudian memulai proses antibodi pelindung dan produksi sel T atau sel yang melundungi tubuh dari infeksi," papar Bamford.
Salah satu ciri yang paling mengkhawatirkan dari protein lonjakan SARS-CoV-2 adalah bagaimana virus ini berubah seiring waktu selama evolusi. Dikodekan dalam genom atau informasi genetik virus, protein dapat bermutasi dan mengubah sifat biokimianya saat berkembang.
Kebanyakan mutasi tidak menghentikan kerja protein lonjakan atau tidak berpengaruh pada fungsinya. Dengan demikian kinerja vaksin tidak akan berpengaruh dalam melawan virus. "Perubahan yang dapat terjadi hanya pada varian baru memberikan keuntungan selektif dengan membuatnya lebih mudah menular," lanjut Bamford.
Ia menjelaskan, mutasai protein lonjakan yang terjadi dapat mencegah antibodi pelindung untuk mengikatnya. Mutasi lain yang dapat terjadi adalah dengan membuat paku "lebih lengket" terhadap sel manusia yang diinfeksi.
Mutasi baru yang mengubah cara fungsi protein lonjakan kata Bramford perlu menjadi perhatian khusus. Pasalnya perubahan ini dapat memengaruhi dalam pengendalian penyebaran SARS-CoV-2, yang sebelumnya sudah sangat menular.
"Eksperimen harus dilakukan di lab untuk memastikan jika dan bagaimana mutasi ini mengubah lonjakan secara signifikan, dan apakah tindakan pengendalian kami saat ini tetap efektif," ujar dia. n hay/S-2