Utang Tidak Produktif BLBI, Miskinkan 270 Juta Rakyat
Manajer Riset Seknas Fitra, Badiul Hadi - Pemerintah harus berhenti mengambil jalan pintas memenuhi kebutuhan pangan melalui impor, sementara potensi pangan dalam negeri belum dioptimalkan.
Peneliti dari Mubyarto Institut, Awan Santosa mengatakan, impor sebagai solusi instan yang terus dilakukan itu tidak sejalan dengan upaya mewujudkan kedaulatan pangan. "Upaya mengatasi kemiskinan salah satu diantaranya adalah melalui implementasi agenda kedaulatan pangan dengan peningkatan kapasitas produksi pangan lokal dan pengaturan tata niaga pangan yang adil dan demokratis," kata Awan.
Dia juga menyorot penggunaan utang secara tidak produktif, termasuk yang digunakan untuk kredit properti karena tidak bersentuhan dengan kehidupan riil masyarakat. Utang yang tidak ptoduktif itu mengakibatkan rupiah merosot, sehingga Pemerintah dan Bank Indonesia mencetak duit untuk menutupi defisit anggaran.
Lebih lanjut Badiul mengatakan inflasi yang naik tinggi karena kebergantungan pada impor. "Inflasi salah kita, kredit 1000 triliun rupiah malah disalurkan ke properti, padahal Indonesia masih masuk kategori 100 negara miskin," kata Badiul.
Sementara itu, pemerintah baru akan alokasikan kredit untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebesar ratusan triliun rupiah. "Kenapa baru sekarang? Kalau untuk properti gampang, sebaliknya kalau ke UMKM susah sekali, itu pun belum tentu benar dicairkan," tanya Badiul.
Jadi utang tidak ptoduktif, karena selain bayar bunga utang OR BLBI, juga untuk beli barang impor, bukan untuk pembangunan, apalagi buat takyat. Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang disalurkan sebagai kompensasi dan untuk menjaga daya beli, tidak bisa menutupi kemiskinan, karena hanya seperti plester, hanya menutup luka sementara, tidak bisa bertahan lama.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya