Rabu, 04 Des 2024, 02:00 WIB

Trump Ancam Hamas agar Bebaskan Sandera Paling Lambat 20 Januari 2025

Presiden terpilih AS, Donald Trump saat pertemuan dengan anggota DPR dari Partai Republik di Hotel Hyatt Regency, Washington DC, beberapa waktu lalu.

Foto: AFP/Allison ROBBERT

WASHINGTON - Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, Senin (2/11), mengeluarkan peringatan keras tentang konsekuensi yang parah di Timur Tengah jika para sandera yang ditawan Hamas tidak dibebaskan sebelum pelantikannya, yang tinggal beberapa minggu.

Trump akan dilantik sebagai Presiden AS pada 20 Januari 2025. "Semua orang membicarakan para sandera yang ditawan dengan sangat kejam, tidak manusiawi, dan bertentangan dengan keinginan seluruh dunia, di Timur Tengah," kata Trump.

"Tapi itu semua hanya omong kosong, dan tidak ada tindakan!" katanya di platform media sosialnya, Truth Social.

"... kalau para sandera tidak dibebaskan sebelum 20 Januari 2025, tanggal saya dengan bangga memangku jabatan sebagai Presiden Amerika Serikat, akan ada KONSEKUENSI BESAR di Timur Tengah, dan bagi mereka pelaku kekejaman terhadap kemanusiaan ini," ujarnya.

"Mereka yang bertanggung jawab akan menerima hukuman lebih berat daripada siapa pun yang pernah menerima hukuman dalam sejarah Amerika Serikat yang panjang. BEBASKAN PARA SANDERA SEKARANG!" katanya lagi.

Israel memperkirakan saat ini masih ada 101 warga Israel yang ditahan di Gaza.

Kalangan aktivis di Israel telah mendesak Benjamin Netanyahu untuk menyetujui kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera dan tahanan, tetapi mengeluh bahwa perdana menteri Israel itu malah dengan sengaja menghalangi kemungkinan kesepakatan apa pun.

Banyak kalangan menuduh Netanyahu ingin memperpanjang perang demi kelangsungan politiknya dengan mengutamakan kepentingannya sendiri di atas kepentingan Israel.

Kelompok Palestina Hamas mengatakan pada Senin (2/11) bahwa 33 sandera Israel yang ditahan di Gaza telah tewas, sebagian besar akibat serangan udara Israel sejak 7 Oktober 2023.

Dalam sebuah video yang diunggah di Telegram, kelompok perlawanan terhadap Israel tersebut mengatakan "33 tahanan Israel tewas, dan beberapa dari mereka masih belum diketahui keberadaannya akibat tindakan dan sikap keras kepala Benjamin Netanyahu."

Kelompok tersebut memperingatkan agresi Israel yang terus berlanjut akan meningkatkan jumlah korban jiwa di antara para sandera Israel.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan: