Trump akan Hubungi Kim Jong Un Lagi
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berjalan bersama Presiden Trump di utara garis demarkasi militer yang memisahkan Korea Utara dan Selatan, di Panmunjom di Zona Demiliterisasi pada 2019.
Foto: NPR/AFPWASHINGTON - Presiden AS Donald Trump mengatakan akan menghubungi Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un lagi.
Trump mengeluarkan pernyataan itu dalam sebuah wawancara dengan Fox News yang ditayangkan Kamis (23/1). Ia menyebut pemimpin Korea Utara yang telah ditemuinya tiga kali itu sebagai "orang pintar".
Trump memiliki hubungan diplomatik yang langka dengan Kim yang penyendiri saat masih menjabat presiden AS dari tahun 2017 hingga 2021. Tidak hanya bertemu dengannya, tetapi ia mengatakan keduanya "jatuh cinta".
Namun Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dalam sidang konfirmasi mengakui bahwa upaya tersebut tidak menghasilkan kesepakatan abadi untuk mengakhiri program nuklir Korea Utara.
Ketika ditanya dalam wawancara dengan Fox News apakah ia akan "menghubungi" Kim lagi, Trump menjawab: "Ya, tentu saja. Ia menyukai saya".
Korea Utara mengatakan sedang mengupayakan senjata nuklir untuk melawan ancaman dari Amerika Serikat dan sekutunya, termasuk Korea Selatan.
Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis masih berperang karena konflik tahun 1950 hingga 1953, berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Korea Utara yang telah melakukan banyak uji coba nuklir dan secara berkala menguji tembak rudal dari persenjataan balistiknya, juga suka memuji program nuklirnya sebagai tanda prestisenya.
Washington dan lainnya memperingatkan bahwa program tersebut tidak stabil. PBB telah mengeluarkan sejumlah resolusi yang melarang upaya Korea Utara.
Rubio mencap Kim sebagai "diktator" dalam sidang konfirmasi Senat awal bulan ini.
"Saya pikir harus ada keinginan untuk mencermati kebijakan Korea Utara yang lebih luas dengan sangat serius," kata Rubio.
Rubio menyerukan upaya untuk mencegah perang Korea Utara dengan Korea Selatan dan Jepang dan melihat "apa yang dapat dilakukan untuk mencegah krisis tanpa mendorong negara-negara bangsa lain untuk mengejar program senjata nuklir mereka sendiri".
Selama wawancara dengan Fox, Trump mengingat upayanya mencapai kesepakatan senjata dengan sekutu Korea Utara, Russia dan Tiongkok, pada akhir masa jabatan pertamanya.
Upaya tahun 2019 akan menetapkan batasan baru untuk senjata nuklir Russia yang tidak diatur dan membujuk Tiongkok untuk bergabung dengan pakta pengendalian senjata, menurut laporan pada saat itu.
"Saya hampir saja mencapai kesepakatan. Saya akan mencapai kesepakatan dengan (pemimpin Russia Vladimir) Putin mengenai hal itu, denuklirisasi... Namun, kami mengalami pemilu yang buruk sehingga menghambat kami," katanya, merujuk pada kekalahannya pada tahun 2020 dari Demokrat Joe Biden.
Pete Hegseth, calon pemimpin Pentagon pilihan Trump, baru-baru ini menyebut Korea Utara sebagai "kekuatan nuklir" dalam sebuah pernyataan yang disampaikan kepada panel Senat, menurut laporan.
Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan sebagai tanggapan bahwa status Pyongyang sebagai negara berkekuatan nuklir "tidak dapat diakui" dan negara itu akan bekerja sama dengan Washington untuk denuklirisasi.
Pyongyang menembakkan beberapa rudal balistik jarak pendek pada hari-hari menjelang pelantikan Trump pada 20 Januari, mendorong para analis berspekulasi apakah Kim berusaha mengirim pesan kepada Trump.
Berita Trending
- 1 Daftar Nama Jemaah Haji Khusus Akan Transparan
- 2 Jangan Lupa Nonton, Film "Perayaan Mati Rasa" Kedepankan Pesan Tentang Cinta Keluarga
- 3 Sekolah Swasta Gratis Akan Diuji Coba di Jakarta
- 4 Perlu Dihemat, Anggaran Makan ASN Terlalu Besar Rp700 Miliar
- 5 Tetap Saja Marak, Satgas PASTI Kembali Blokir 796 Situs Pinjol dan Investasi Ilegal pada Oktober-Desember 2024
Berita Terkini
- Pemprov Banten Akan Tentukan Sekretaris Komisi Informasi Sebelum Akhir Bulan Ini
- KemenP2MI Desak Malaysia Usut Penembakan 5 PMI
- Dilema Penggunaan AI di ICU, Rentan Picu Tindakan Medis yang Keliru
- Penuh Air Mata, Israel dan Hamas Rampungkan Pertukaran Sandera-Tahanan Kedua
- Di Hadapan Presiden Prabowo dan PM Modi, Kontingen Patriot Berparade untuk Hari Republik India