The Fed Pangkas Suku Bunga Seperempat Poin
Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, berbicara dalam konferensi pers setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal di Federal Reserve di Washington DC, pada 31 Juli 2024.
Foto: IstimewaWASHINGTON DC - Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve baru-baru ini menepis kekhawatiran mengenai dampak ekonomi dari kemenangan pemilu Donald Trump, dan melanjutkan pemangkasan suku bunga seperempat poin, Kamis (7/11).
Dikutip dari The Jakarta Post, The Fed terletak hanya beberapa langkah dari Gedung Putih, tempat Presiden Joe Biden yang berasal dari Partai Demokra pada bulan Januari akan menyerahkan kembali kunci kepemimpinan kepada Trump setelah kemenangan kandidat dari Partai Republik tersebut.
Namun seperti yang diharapkan, para pembuat kebijakan melakukan yang terbaik untuk mengabaikan drama politik yang terjadi di kemudian hari, dengan memberikan suara bulat untuk memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi antara 4,50 dan 4,75 persen, menurut pernyataan Fed.
"Dalam waktu dekat, pemilu tidak akan berdampak pada keputusan kebijakan kami," kata Ketua Fed Jerome Powell kepada wartawan setelah pemangkasan suku bunga diumumkan, seraya mencatat masih ada ketidakpastian tentang agenda ekonomi Presiden terpilih Trump yang sebenarnya.
"Kami tidak menebak-nebak, kami tidak berspekulasi, dan kami tidak berasumsi," katanya.
Powell menegaskan ia tidak akan mengundurkan diri jika diminta mengundurkan diri lebih awal oleh presiden terpilih, seraya menambahkan memecat salah satu dari tujuh gubernur Fed "tidak diizinkan berdasarkan hukum."
Keputusan suku bunga bank sentral AS seharusnya membantu meringankan biaya hipotek dan pinjaman lainnya, berita baik bagi konsumen, yang secara luas menyebutkan biaya hidup sebagai perhatian utama menjelang pemungutan suara hari Selasa.
Namun, biaya pinjaman juga akan bergantung pada bagaimana pasar keuangan menilai kemenangan Trump akan memengaruhi ekonomi dalam jangka panjang, dan di mana suku bunga Fed perlu ditetapkan untuk memastikan inflasi tetap terkendali.
Powell "tidak berkomentar tentang hasil pemilu," kata kepala ekonom Nationwide Kathy Bostjancic.
"Namun, saya rasa saat kita memasuki tahun 2025, mereka harus mempertimbangkannya."
Jajak pendapat dan survei menunjukkan kemenangan Trump dibantu oleh ketidakbahagiaan atas lonjakan inflasi AS pascapandemi, yang menyebabkan harga konsumen naik lebih dari 20 persen.
Keputusan hari Kamis itu merupakan kelanjutan dari pemangkasan suku bunga sebelumnya pada bulan September, saat Fed memulai siklus pelonggarannya dengan penurunan setengah poin yang lebih besar, dan merencanakan pemangkasan suku bunga tambahan tahun ini.
Pengukur inflasi yang disukai Fed telah menurun menjadi 2,1 persen pada bulan September, sementara pertumbuhan ekonomi tetap kuat. Pasar tenaga kerja juga tetap kuat secara keseluruhan, meskipun terjadi perlambatan perekrutan yang tajam bulan lalu yang sebagian besar disebabkan oleh kondisi cuaca buruk dan pemogokan buruh.
"Secara umum, ekonomi AS terlihat cukup tangguh, dan pasar tenaga kerja masih terlihat sangat bagus," kata Jim Bullard, mantan presiden Fed St. Louis yang sudah lama menjabat, dalam sebuah wawancara menjelang hari pemilihan.
Bullard, sekarang dekan Sekolah Bisnis Daniels di Universitas Purdue, meramalkan pemotongan 25 basis poin minggu ini, dan pemotongan lain dengan ukuran yang sama pada bulan Desember. Dengan kemenangan Trump yang sudah terjamin, masih banyak yang bergantung pada apakah Partai Republik dapat mempertahankan DPR, seperti yang tampaknya akan mereka lakukan, memberi mereka "Sapu Merah" di kedua kamar Kongres beserta Gedung Putih.
"Pasar cenderung menyukai pemerintahan yang terbagi sebagai cara untuk mengendalikan pengeluaran dan menjaga defisit tetap rendah," kata Bullard.
"Yang menyedihkan bagi ekonom seperti saya adalah, sungguh, disiplin fiskal telah runtuh di kedua partai politik," katanya.
Kemenangan Trump juga menimbulkan pertanyaan tentang independensi Fed. Presiden terpilih tersebut telah berulang kali menuduh Powell, yang pertama kali ia tunjuk untuk menjalankan bank sentral AS, bekerja untuk menguntungkan Demokrat, dan telah mengisyaratkan akan berupaya menggantinya setelah masa jabatannya berakhir pada tahun 2026.
Partai Republik kini menguasai Senat AS, yang memberikan suara atas nominasi untuk Fed, memberi Trump kendali signifikan atas siapa yang akan menjadi kepala bank sentral AS berikutnya.
Trump juga mengatakan dia ingin "setidaknya" memiliki suara dalam penetapan suku bunga Fed, sesuatu yang bertentangan dengan mandat ganda bank untuk bertindak secara independen dari Kongres dan Gedung Putih guna mengatasi inflasi dan pengangguran.
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 3 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 4 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 5 Meluas, KPK Geledah Kantor OJK terkait Penyidikan Dugaan Korupsi CSR BI
Berita Terkini
- WhatsApp Luncurkan Beragam Fitur Seru
- Film 'Bayang-Bayang Anak Jahanam' Ditayangkan Mulai 16 Januari 2025
- Paul Rudd & Jack Black Umumkan Tanggal Rilis ‘Anaconda’ di Natal 2025
- Yori Rilis Single ‘Ruby Biru’ yang Bercerita tentang Menghadapi Ketidakpastian dalam Hidup
- Generasi Muda Diingatkan Didik Nini Thowok Mencintai Seni Budaya