Strategi BI Mencetak Uang Bisa Memperburuk Kondisi Perekonomian
Bank Indonesia (BI)
BI dinilai mengejutkan pasar dengan kenaikan suku bunga acuan 25 basis poin atau 0,25 persen pada bulan April menjadi 6,25 persen, dan berjanji untuk mempertahankan tingkat tersebut sebagai upaya untuk mendorong nilai tukar rupiah kembali di bawah level 16.000 per dollar AS.
Dengan porsi sebesar itu, maka BI bersama bank sentral Jepang/ Bank of Japan (BoJ), sebagai pemegang surat utang negara RI terbesar.
"Statusnya sebagai pemegang obligasi pemerintah terbesar memungkinkan BI untuk mengendalikan volatilitas selama kondisi pasar global tidak menguntungkan," kata Myrdal Gunarto, ahli strategi Malayan Banking di Jakarta.
"Kami pikir ini merupakan perkembangan yang baik untuk pasar obligasi Indonesia," jelasnya.
Seperti diketahui, BI pada awalnya meningkatkan pembelian obligasi lokal untuk membatasi biaya pinjaman pemerintah selama pandemi sekaligus untuk memacu pertumbuhan ekonomi, serupa dengan negara-negara lain seperti Filipina.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya