Sejak Kapan 1 Januari Dirayakan sebagai Tahun Baru?
Foto: IstimewaPermulaan tahun dalam sejarahnya mengalami evolusi. Perayaan tahun baru tertua yang tercatat berasal dari tahun 2000 SM di Mesopotamia kuno dimana festival ini bisa berlangsung cukup lama.
Foto: afp/ Narinder NANU
Perayaan tahun baru dimulai pada hari bulan baru pertama setelah ekuinoks atau momen ketika Matahari melintas tepat di atas garis khatulistiwa Bumi. Pada saat ini, posisi Matahari bukan di belahan bumi utara atau bumi selatan. Pada momen ini, musim semi dimulai ketika sinar matahari dan kegelapan sama panjangnya.
Laman majalah ternama Time menulis bahwa peringatan akitu (perayaan tahun baru tertua yang tercatat berasal di Mesopotamia kuno) biasanya jatuh sekitar bulan Maret. Bagi orang Babilonia saat itu, festival ini menandai penobatan raja baru atau penegasan kembali kesetiaan kepada raja saat ini.
Seperti beberapa penanggalan lainnya, kalender Babilonia cenderung mengaitkan perayaan tahun baru mereka sendiri dengan peristiwa penting lainnya baik yang bersifat keagamaan, astronomi, maupun pertanian.
Akitu di Mesopotamia juga bertepatan dengan panen jelai (barley) merupakan salah satu jenis biji-bijian yang kaya akan serat. Barley seringkali dijadikan sebagai bahan baku dalam pembuatan roti hingga kue kering.
Di Tiongkok, yang memiliki sejarah perayaan tahun baru selama 3.500 tahun, tahun dimulai pada bulan baru kedua setelah titik balik Matahari musim dingin, yang biasanya jatuh sekitar akhir Januari atau Februari, yang menandai dimulainya musim semi.
Di Mesir kuno, tahun baru dimulai saat Sirius, bintang paling terang di langit malam, muncul sekitar pertengahan Juli. Momen ini bertepatan dengan siklus banjir tahunan Sungai Nil, yang membantu mengairi lahan pertanian di dekatnya.
Kalender Mesir kuno memiliki dua belas bulan yang masing-masing berdurasi 30 hari. Masyarakat di sana merayakan tahun baru selama lima hari sebelum menghitung awal bulan pertama untuk mempertahankan siklus lunar.
Arabia pra-Islam tidak memiliki kalender standar, tetapi pada tahun 638 M, khalifah Islam kedua, Umar I, berusaha menyelesaikan kebingungan atas pengakuan berbagai kalender terhadap tanggal-tanggal penting dalam agama tersebut dengan menetapkan kalender lunar Islam. Dalam hal itu, tahun baru dimulai pada tanggal 1 Muharram (hari pertama bulan suci), saat bulan sabit pertama muncul.
Penghitungan dimulai pada tanggal 16 Juli 622 dalam kalender Julian untuk menghormati hari ketika Nabi Muhammad SAW bermigrasi dari Mekkah ke Madinah untuk mendirikan negara Islam pertama. Awal tahun 1446 dalam kalender Islam, yang juga dikenal sebagai kalender Hijriah dan hanya memiliki 354 atau 355 hari per tahun.
Sedangkan Roma Kuno memiliki cerita yang sangat berbeda. Kalender paling awal yang diketahui di sana, yang ditetapkan oleh raja pertama, Romulus, dimulai pada bulan Martius (yang kemudian menjadi bulan Maret), bertepatan dengan saat konsul baru jabatan terpilih tertinggi mengambil alih kekuasaan.
Namun, kalender tersebut hanya berjalan selama 304 hari atau 10 bulan, dengan periode musim dingin yang tidak ditentukan di antara tahun-tahun tersebut. Sekitar abad ke-7 SM, raja kedua Roma kuno, Numa Pompilius, bahkan menambahkan 50 hari ke dalam tahun kalender untuk mencakup periode musim dingin dan membagi tahun secara tidak merata menjadi 12 bulan.
Dalam kalender ini ditambahkan Ianuarius atau Januari. Penambahan ini untuk menghormati dewa permulaan, Janus dan Februarius untuk merujuk pada festival pemurnian yang disebut februa selama bulan tersebut.
Pada tahun 153 SM, pelantikan konsul baru dipindahkan ke Ianuarius, meskipun hal ini tidak ditetapkan. Ini mungkin terdengar seperti kalender yang sudah dikenal, tetapi masih ada perbedaan utama dari apa yang digunakan sebagian besar dunia saat ini.
Kalender Julian
Tahun kalender Romawi tampaknya berbasis Bulan, tetapi dengan siklus fase Bulan yang berlangsung selama 29,5 hari, kalender terkadang tidak sinkron sampai-sampai harus diperkenalkan bulan tambahan Mercedonius sesekali untuk kembali ke jalurnya.
Ketika Julius Caesar menjadi diktator Roma pada tahun 46 SM, ia meminta nasihat dari para astronom dan matematikawan Sosigenes untuk membuat kalender baru berdasarkan Matahari. Pada tahun 45 SM, kalender baru Julian dibuat dan tahun sipil di Roma sekarang secara resmi dimulai pada tanggal 1 Januari.
Kalender Julian juga memperkenalkan satu hari tambahan setiap empat tahun yang sekarang disebut tahun kabisat, seperti tahun 2024 ini tetapi melebih-lebihkan panjang tahun matahari sekitar 11 menit. Kalender Julian diadopsi di banyak bagian Eropa seiring dengan perluasan Kekaisaran Romawi, tetapi hari tahun barunya tidak berlaku di mana-mana.
Bagi sebagian besar orang Kristen Eropa abad pertengahan, Hari Natal, 25 Desember, menandai dimulainya tahun baru, sementara di beberapa negara lain jatuh pada tanggal 25 Maret, sebagai bagian dari Hari Raya Kabar Sukacita.
Namun, kesalahan 11 menit kalender Julian akan berdampak kumulatif selama bertahun-tahun: pada pertengahan abad ke-15, kalender tersebut keluar dari siklus Matahari selama 10 hari tambahan. Gereja Katolik menyadari ketidaksesuaian ini, dan pada tahun 1570-an Paus Gregorius XIII memperkenalkan kalender baru.
Kalender baru yang digunakan untuk mengatasi perbedaan tersebut dengan membuatnya sedemikian rupa sehingga tidak ada tahun ratusan (yaitu 1700) yang memperoleh hari kabisat tambahan kecuali tahun tersebut habis dibagi 400 (yaitu 2000).
Kalender yang kemudian disebut dengan Gregorian juga meresmikan tanggal 1 Januari sebagai awal setiap tahun baru. Setelah itu sebagian besar dunia mulai menerima kalender Gregorian, karena dinilai lebih akurat dibandingkan yang lain.
Namun, Inggris Raya dan koloni-koloninya di Amerika tidak segera mengadopsinya, menolak untuk mengakui otoritas Paus. Selama hampir 200 tahun, orang-orang Inggris menggunakan kedua kalender dan memberi tanggal pada dokumen sebanyak dua kali. Tapi ternyata pada tahun 1752, kedua kalender tersebut berbeda 11 hari, dan parlemen di London akhirnya mengalah untuk meninggalkan kalender Julian.
Bahkan di banyak negara yang secara budaya lebih menonjolkan kalender Islam atau kalender lunar, sementara kalender Gregorian kini telah diadopsi secara luas sebagai kalender sipil berstandar internasional untuk pemerintahan dan bisnis.
Jadi, sejarah panjang tahun baru 1 Januari berkat kontribusi berbagai peradaban yang panjang. Dimulai dari peradaban pertama di dunia yaitu Mesopotamia hingga kekuasaan kaisar Roma Julius Caesar dan Paus Gregorius XIII. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Batas Baru Bunga Harian Pinjaman Online Mulai Diberlakukan, Catat Perubahannya
- 2 Kemenag: Biaya Haji 2025 di Kisaran Rp80 Jutaan
- 3 Presiden Resmi Umumkan PPN 12 Persen, Berlaku 1 Januari 2025
- 4 Prabowo dan Sri Mulyani Tiba di Kantor Kemenkeu di Tengah Rencana PPN Naik
- 5 Kalah di Beberapa Daerah pada Pilkada 2024, Golkar Akan Evaluasi Kinerja Partai
Berita Terkini
- Seorang Pria yang Jatuh di Perairan Pulau Ilik Sumut Sudah Ditemukan
- KAI Sumbar Layani 92.710 Penumpang saat Libur Natal dan Tahun Baru
- Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Polewali Mandar Kenalkan Dunia Literasi kepada Anak Usia Dini
- Kulkas Empat Pintu Berkapasitas Besar Dukung Tren Meal Preparation
- Semua Partai Bisa Ajukan Calon Presiden