Jum'at, 17 Jan 2025, 10:45 WIB

Russia-Iran Tandatangani Perjanjian Kemitraan Strategis

Presiden Russia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian saat pertemuan BRICS 2024 di Russia.

Foto: AP

MOSKOW - Russia dan Iran akan menandatangani perjanjian "kemitraan strategis komprehensif" pada hari Jumat (17/1) selama kunjungan Presiden Iran Masoud Pezeshkian ke Moskow, memperkuat hubungan dua negara yang paling banyak dikenai sanksi di dunia.

Kesepakatan ini tercapai tiga hari sebelum Donald Trump memasuki Gedung Putih dan saat Moskow dan Teheran berupaya meresmikan hubungan dekat mereka setelah bertahun-tahun memperdalam kerja sama.

Iran telah memasok Russia dengan pesawat nirawak "Shahed" yang dapat meledak sendiri, yang ditembakkan Moskow ke Ukraina dalam rentetan serangan setiap malam, menurut pejabat Ukraina dan Barat. Sementara kedua negara telah meningkatkan perdagangan di tengah sanksi Barat.

Perjanjian baru tersebut akan memperkuat hubungan "militer-politik dan perdagangan-ekonomi" antara Teheran dan Moskow, kata Kremlin pada hari Rabu, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Teheran hanya memberikan sedikit informasi tentang pakta hari Jumat, tetapi mengesampingkan klausul pertahanan bersama seperti yang termasuk dalam perjanjian RuSsia dengan Korea Utara tahun lalu, media pemerintah Rusia melaporkan, mengutip diplomat tinggi Teheran Abbas Araghchi.

Kedua belah pihak telah berupaya menyusun perjanjian baru selama bertahun-tahun, hubungan mereka saat ini diatur oleh perjanjian tahun 2001 yang telah diperbarui secara berkala.

Hegemoni Global 

Russia mengatakan pakta yang akan datang dengan Iran dan perjanjian yang telah ditandatangani dengan Pyongyang "tidak ditujukan terhadap negara mana pun".

"Perjanjian itu ... bersifat konstruktif dan ditujukan untuk memperkuat kemampuan Rusia, Iran, dan teman-teman kami di berbagai belahan dunia," kata Menteri Luar Negeri Russia Sergei Lavrov pada hari Selasa.

Perjanjian tersebut akan berlaku selama 20 tahun, kantor berita Russia TASS melaporkan pada hari Selasa, mengutip duta besar Iran untuk Russia Kazem Jalali.

Presiden Russia Vladimir Putin telah menjadikan pembangunan hubungan dengan Iran, Tiongkok, dan Korea Utara sebagai landasan kebijakan luar negerinya saat ia berupaya menantang apa yang disebutnya sebagai "hegemoni global" yang dipimpin AS.

Baik Russia maupun Iran berada di bawah sanksi Barat yang berat yang mencakup pembatasan pada industri energi vital mereka.

Pada pertemuan puncak kelompok BRICS di Kazan tahun lalu, Putin mengatakan kepada Pezeshkian bahwa ia menghargai "hubungan yang benar-benar bersahabat dan konstruktif" antara Russia dan Iran.

Kunjungan Pezeshkian ke Russia dilakukan beberapa hari sebelum Trump kembali berkuasa.

Presiden terpilih AS, yang telah berulang kali melontarkan ancaman militer terhadap Iran, berupaya segera mengakhiri konflik di Ukraina dan Timur Tengah.

Kesepakatan itu terjadi sebulan setelah serangan pemberontak menggulingkan pemimpin Suriah Bashar al-Assad, yang sangat didukung oleh Moskow dan Teheran, dan saat Israel dan sekutu Iran, Hamas bersiap untuk gencatan senjata di Gaza.

Redaktur: Lili Lestari

Penulis: Lili Lestari

Tag Terkait:

Bagikan: