Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jum'at, 17 Jan 2025, 15:40 WIB

Tambah Wawasan Diplomasi, Mahasiswa Unpad Ini Magang di KJRI Cape Town

Mahasiswa Universitas Padjajaran (Unpad) Aira Sherasati saat magang di Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Cape Town, Afrika Selatan.

Foto: ANTARA/HO-KJRI Cape Town

Jakarta - Mahasiswa dari Universitas Padjajaran (Unpad) bernama Aira Sherasati mengatakan pengalamannya magang di Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Cape Town, Afrika Selatan, menambah wawasannya dalam upaya diplomasi Pemerintah Indonesia di Afrika.

"Pengalaman dan dilibatkan secara langsung praktik kerja terkait diplomasi ekonomi, sosial budaya, perlindungan WNI dan pelayanan kekonsuleran sangat bermanfaat untuk meluaskan wawasan di bidang diplomasi dan pendalaman hukum," kata Aira, melalui keterangan pers KJRI Cape Town yang diperoleh pada Jumat.

Aira mengatakan Kota Cape Town merupakan kota yang indah dan banyak menyimpan sejarah dan hubungan sosial budaya yang sangat erat dengan Indonesia sejak 1694. Menurut sejarah, Islam di Cape Town Afsel pertama kali dibawa oleh ulama-ulama dari nusantara Indonesia seperti Syekh Yusuf Al Makasary dari Makasar dan Tuan Guru dari Tidore.

Sejak hari pertama magang pada 6 Januari 2025, Aira diperkenalkan dengan berbagai fungsi utama konsulat, antara lain Fungsi Ekonomi, Protokol, serta Sosial dan Budaya.

Kegiatan magang dilakukan secara rotasi, diawali dari Fungsi Protokol Konsuler dilanjutkan ke Fungsi Ekonomi dan Sosial Budaya.

"Saya memulai hari dengan mempelajari informasi perekonomian propinsi wilayah kerja akreditasi KJRI Cape Town yang meliputi 4 propinsi Western Cape, Eastern Cape, Northern State dan Free State," katanya.

Saat magang di bagian Fungsi Protokol Konsuler, Aira mendapat pencerahan dari Kepala Fungsi Protokol dan Konsuler Faiez Maulana tentang struktur birokrasi KJRI, dan prosedur hukum dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan pendampingan hukum bagi ibu dan anak yang menjadi korban KDRT.

Dia menyaksikan diskusi langsung antara korban dan pengacara yang difasilitasi KJRI, dan terlibat dalam pembahasan tentang perlindungan hak-hak korban selama proses hukum, termasuk permohonan perintah pelindungan penuh (full protection order)

Kemudian, Aira juga memperoleh tugas untuk menerjemahkan kontrak kerja anak buah kapal (ABK) dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia.

Kontrak tersebut, kata dia, terdiri dari sembilan halaman dan memuat berbagai ketentuan kerja, meskipun terdapat beberapa klausul yang menurut dia kurang adil, misalnya tidak adanya pembayaran untuk lembur.

Aira mengaku bahwa tugas itu telah membantunya memahami pentingnya perlindungan hukum bagi pekerja migran Indonesia di luar negeri.

Selanjutnya, Aira juga diberi tugas mendampingi seorang korban KDRT asal Indonesia untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. "Kami mengunjungi beberapa tempat, seperti toko makanan beku di Access Park dan FoodLover Market," katanya.

Dengan tugas tersebut, Aira mengaku tidak hanya memperoleh pengalaman langsung dalam mendukung warga negara Indonesia di luar negeri, tetapi juga memperkuat pemahamannya tentang pentingnya empati dan kepekaan dalam melayani masyarakat Indonesia di luar negeri.

Selanjutnya, saat bertugas di Fungsi Ekonomi, Aira mengatakan dirinya dilibatkan dalam video conference yang membahas Presidensi G20 Afrika Selatan pada 2025, yang dipimpin oleh Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan Investasi Kemenko Perekonomian Edi Prio Pambudi, yang juga menjadi Sherpa G20.

Dengan tema "Solidarity, Equality, Sustainability," Presidensi di Afsel akan berlangsung dari 1 Desember 2024 hingga 30 November 2025, mencakup 131 pertemuan di 8 provinsi, termasuk isu prioritas seperti ketahanan bencana, keberlanjutan utang negara berpenghasilan rendah, transisi energi berkeadilan, dan pengelolaan mineral kritis.

Forum tersebut akan mencakup pertemuan Sherpa, Task Forces, dan Working Groups, serta menyoroti "The G20 at 20 Years" dan reformasi sistem perdagangan.

Diskusi tersebut juga menyoroti tantangan geopolitik, mekanisme rotasi presidensi, serta tata kelola G20 yang mengedepankan "Sufficient Consensus."

Selain itu, diskusi juga menyoroti perlunya pengamanan khusus dalam pertemuan di Afrika Selatan mengingat tingkat kriminalitas di sana, dengan dukungan dari KBRI Pretoria dan KJRI Cape Town guna memastikan keselamatan delegasi serta pelaksanaan yang optimal.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.