Rupiah Bakal Tertekan Awal Pekan
Foto: ISTIMEWAJAKARTA – Sentimen global diperkirakan lebih dominan ketimbang faktor dalam negeri, terutama rilis data inflasi untuk November 2024 oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong melihat penguatan rupiah akhir pekan lalu diperkirakan bersifat sementara. Menurutnya, sentimen aksi jual aset berisiko atau risk off di pasar ekuitas masih tinggi di tengah kekuatiran kebijakan tarif presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Senada, Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi memperkirakan pelemahan dollar AS bersifat sementara di tengah pencalonan Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan AS. Sebab, Bessent secara terbuka mendukung dollar yang kuat dan juga mendukung tarif perdagangan.
Indeks dollar diperkirakan akan tetap menguat didukung oleh kebijakan Trump, yang dipandang dapat menaikkan inflasi, dan kemungkinan akan menghasilkan suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama di AS selama beberapa tahun mendatang. Kondisi tersebut bakal menekan rupiah hingga hampir menyentuh level psikologi 16.000 rupiah per dollar AS.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada perdagangan, Jumat (29/11) sore, ditutup menguat 24 poin atau 0,15 persen dari sehari sebelumnya menjadi 15.848 rupiah per dollar AS. Penguatan dipengaruhi aksi ambil untung investor di tengah libur panjang di AS.
“Dollar AS sedikit melemah akibat aksi ambil untung akibat libur panjang AS dan penunjukan Bessent juga menyebabkan penurunan tajam pada imbal hasil obligasi AS, karena investor berpindah haluan membeli obligasi Treasury, yang membuat dollar melemah,” kata analis Finex Brahmantya Himawan di Jakarta.
Namun, sikap hati-hati bank sentral AS atau Federal Reserve dan kenaikan tarif impor yang diumumkan oleh Presiden terpilih AS Donald Trump dapat membantu membatasi pelemahan dollar AS lebih lanjut.