Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sejarah Eropa

“Risorgimento", Jalan Panjang Menuju Penyatuan Italia

Foto : afp/ Marco BERTORELLO
A   A   A   Pengaturan Font

Ketika Napoleon mendirikan "republik bersaudara" dan kemudian Kerajaan Italia, gagasan tentang kebebasan, kesetaraan, dan rasa kesadaran nasional mulai menyebar. Melalui gerakan "Risorgimento", mereka ingin membebaskan dari kekuasaan asing menyatukan berbagai wilayah yang terpisah di bawah satu bendera.

Novelis Italia, Alessandro Manzoni, dalam puisi patriotiknya pada Maret 1821 dengan tegas menulis, "Bersatu dalam senjata, dalam bahasa, dalam iman". Seperti banyak patriot abad ke-19 lainnya, Manzoni memimpikan negara Italia bersatu yang bebas dari kendali asing yaitu Austria.

Penyatuan Semenanjung Italia di bawah satu bendera adalah salah satu tujuan utama Risorgimento yang artinya Bangkit Lagi. Gerakan ini juga bertujuan untuk memperbarui masyarakat Italia secara radikal. Caranya dengan memperkenalkan liberalisme, konstitusionalisme, dan kebebasan berbicara.

Dalam episode pemberontakan rakyat, momen negosiasi diplomatik pragmatis datang silih berganti. Risorgimento mencapai puncaknya pada proklamasi Kerajaan Italia baru pada 1861. Sementara pemerintah konservatif di Semenanjung Italia mengamati dengan keprihatinan yang semakin meningkat mengenai berlangsungnya Revolusi Prancis.

Banyak orang Italia, khususnya kaum borjuis, memandang cita-citanya sebagai jawaban atas ketidakpuasan terhadap status quo. Ketika Napoleon Bonaparte mendirikan "republik bersaudara" dan kemudian Kerajaan Italia, gagasan tentang kebebasan, kesetaraan, dan rasa kesadaran nasional mulai menyebar di antara orang-orang Italia.

"Republik saudara" yang didirikan pada 27 Juni 1797 oleh Napoleon menyatukan Republik Cispadana dengan Republik Transpadana. Pada 26 Januari 1802, nama republik ini diganti menjadi Republik Italia, dan kemudian menjadi Kerajaan Italia pada 17 Maret 1805.

Akibat dari gagasan itu berbagai kelompok politik mulai menganjurkan pembebasan negara-negara regional dari kekuasaan asing dan menyatukannya menjadi satu entitas nasional. Selama rezim Napoleon, masyarakat Italia mengalami proses pembaruan dan modernisasi radikal.

Kaisar Prancis secara teratur mengangkat kaum borjuis terpelajar untuk peran administratif dan eksekutif, bukan hanya bangsawan. Ia juga membentuk tentara Italia sehingga memperkuat kesadaran nasional di antara para prajurit.

Era Napoleon menyaksikan pembubaran sistem feodal di sebagian besar semenanjung, dengan kode Napoleon yang baru menggantikan yurisprudensi feodal. Akibatnya banyak properti dan tanah Gereja Katolik Roma pun disita oleh negara.

Setelah runtuhnya rezim Napoleon, Kongres Wina (1814-15) mengembalikan sebagian besar negara bagian Italia kepada mantan penguasa mereka untuk memulihkan status quo pra-revolusioner. Hasilnya, Semenanjung Italia sekali lagi berada di bawah hegemoni Austria.

Revolusi Patriotik

Pada 1847, Pangeran Metternich dari Austria dengan terkenal menyatakan kata 'Italia' yang merupakan ekspresi geografis, deskripsi yang merupakan singkatan yang berguna, tetapi tidak memiliki signifikansi politik seperti yang coba diberikan oleh para ideolog revolusioner.

Ketika mereka kembali berkuasa, elite politik lama menghapuskan reformasi yang diperkenalkan oleh Prancis dan membubarkan pemerintahan Napoleon. Di banyak negara bagian, kebijakan reaksioner disambut dengan ketidakpuasan yang meluas yang terkadang memuncak dalam pemberontakan dan konspirasi.

Pada 1820, misalnya, anggota Carboneria, sebuah perkumpulan rahasia yang dibentuk di Italia selatan pada awal 1800-an, memaksa Ferdinand, raja Kerajaan Dua Sisilia, untuk memperkenalkan konstitusi Spanyol. Disebut Carbonari (Pembakar Arang) karena para anggota Carboneria menganjurkan rezim liberal, konstitusional, dan representatif serta bertujuan untuk membebaskan Semenanjung Italia dari hegemoni asing.

Setelah Kongres Wina, Carbonari memimpin perlawanan terhadap rezim konservatif yang diberlakukan kembali di Italia dimana cita-cita liberal dan patriotik mereka mempelopori Risorgimento.

Meskipun berbagai kelompok memiliki tujuan yang sama untuk menyatukan Italia di bawah satu bendera, mereka tidak sepakat tentang cara mencapainya. Hingga pada 1848, terinspirasi oleh pergolakan politik di seluruh Eropa, gelombang baru revolusi patriotik meletus di seluruh Semenanjung Italia. Akibatnya, beberapa penguasa memberi konstitusi yang lebih liberal.

Di Piedmont-Sardinia, Raja Charles Albert mengumumkan Statuto Albertino yang kemudian menjadi konstitusi Kerajaan Italia. Namun, Austria bertekad untuk segera mengakhiri revolusi tersebut. Di Milan, para pemberontak membangun barikade dan bertempur melawan tentara Austria selama lima hari.

Pada akhirnya, Marsekal Lapangan Radeztky menarik mundur pasukannya ke wilayah yang disebut quadrilateral, yaitu wilayah antara Mantova, Peschiera, Verona, dan Legnago. Peristiwa tersebut, yang kemudian dikenal sebagai Cinque Giornate di Milano (Lima Hari di Milan), merupakan salah satu dari sedikit inisiatif rakyat yang berhasil dari Risorgimento.

Untuk mencegah kaum republikan dan demokrat memimpin demonstrasi patriotik, Raja Charles Albert menyatakan perang terhadap Austria. Tak lama kemudian, karena ditekan oleh opini publik, para penguasa lain mengirim pasukan mereka untuk ikut bertempur.

Namun, setelah beberapa pertempuran yang berhasil, Charles Albert menghentikan kampanye militernya untuk mendesak Lombardia agar bergabung dengan Piedmont. Setelah kekalahan telak Custoza, Charles Albert menandatangani Gencatan Senjata Salasco (Agustus 1848) dan setuju untuk menarik pasukannya dari Lombardy dan Venetia. Gencatan Senjata Salasco memicu kemarahan kaum demokrat, yang menolak menerima ketentuan-ketentuannya.

Pada bulan Maret 1849, setelah kekalahan Novara, Charles Albert turun takhta demi putranya, Victor Emmanuel II, yang menandatangani perjanjian damai non-hukuman dengan Austria. Perang yang tidak berhasil itu menjatuhkan pemerintahan konstitusional yang didukung oleh kaum Demokrat. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top