Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 26 Mei 2022, 23:42 WIB

Revolusi Biru Pengelolaan Air Diperlukan agar Revolusi Hijau Berhasil

Ketua Bersama Komisi Global untuk Ekonomi Air, Tharman Shanmugaratnam.

Foto: Istimewa

SINGAPURA - Menteri Senior dan Menteri Koordinator Kebijakan Sosial Singapura, Tharman Shanmugaratnam, mengatakan, revolusi hijau diperlukan untuk mengatasi krisis iklim. Namun, itu tidak akan berhasil tanpa "revolusi biru" dalam perubahan mendasar pada cara pengelolaan air secara global.

"Kita tak akan menyelesaikan krisis iklim jika tidak menyelesaikan masalah air. Kita tidak akan menyelesaikan krisis pangan atau krisis ketahanan energi jika Anda tidak menyelesaikan persoalan air. Jadi kita harus melihat kepentingan bersama global tidak dalam istilah yang terpisah, tetapi sebagai serangkaian tantangan yang saling berinteraksi," kata Tharman pada konferensi pers di Singapura, Rabu (25/5).

Pada konferensi pers tentang Komisi Global untuk Ekonomi Air, yang akan dia pimpin bersama dengan tiga pemimpin global lain ini, Tharman menjelaskan sebagai inisiatif dua tahun, Komisi Global untuk Ekonomi Air bertujuan memajukan ilmu pengetahuan baru, ekonomi, struktur pemerintahan, pendekatan pembiayaan dan teknologi yang dibutuhkan secara global. Dengan begitu setiap orang memiliki akses ke air bersih dan planet ini dapat menopang dirinya sendiri.

Seperti dikutip dari straitstimes, diluncurkan selama pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, komisi tersebut akan menerbitkan laporan pertamanya bertepatan dengan Konferensi Air Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 2023 yang akan diadakan di New York pada Maret dan diselenggarakan bersama oleh Tajikistan dan Belanda.

Menurutnya, ini akan menjadi konferensi air PBB pertama dalam 46 tahun, mengingat beratnya masalah, sangat disayangkan itu belum menerima perhatian yang layak untuk sesuatu yang benar-benar ada dalam aliran kehidupan ekonomi dan kehidupan manusia.

Tharman menambahkan komisi tersebut bertujuan memobilisasi tindakan tidak hanya di tempat masalah lokal muncul, tetapi juga secara global. Ini berarti berhenti memandang air sebagai masalah pengiriman bantuan ke negara-negara yang membutuhkan, tetapi melakukan investasi bersama secara efektif dengan mengumpulkan sumber daya; mendorong kolaborasi sektor publik-swasta yang mendalam; dan menyadari bahwa kesetaraan berjalan seiring dengan kepentingan pribadi.

"Karena jika kita tidak menyelesaikan masalah itu, kita semua akan terkena dampaknya," kata Tharman.

Ketua Komisi, Mariana Mazzucato, direktur pendiri Institute for Innovation and Public Purpose di University College London, menarik kesejajaran dengan perjuangan global melawan pandemi Covid-19.

"Kita semua sama sehatnya dengan tetangga kita di jalan kita, di kota kita, di wilayah kita, di negara kita dan secara global. Apakah kita menyelesaikannya? Apakah kita benar-benar berhasil memvaksinasi semua orang di dunia? Tidak," kata dia, menambahkan bahwa penting untuk melihat dan menyoroti masalah air dari perspektif bersama global.

Johan Rockstrom, Direktur Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim di Jerman dan ketua komisi lainnya, memberikan contoh sistem pertanian tahan kekeringan, sebagai jawaban pertanyaan tentang contoh teknologi untuk mengatasi krisis air."Salah satu solusi menang-menang, adalah membangun lebih banyak karbon di tanah untuk meningkatkan kapasitas menahan air," katanya.

Ketua komisi lainnya adalah Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia, Ngozi Okonjo-Iweala, yang tidak hadir dalam konferensi pers.

Tharman mengatakan pada pandangan pertama, program komisi itu tampak mahal. "Dunia harus menghabiskan sekitar 300 miliar dollar AS per tahun, agar negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dapat menyelesaikan masalah ini. Kedengarannya seperti banyak uang," katanya.

"Tapi kita, hari ini, membuang jauh lebih dari 300 miliar dollar AS. Karena biaya ekonomi dari apa yang terjadi hari ini jauh lebih dari 300 miliar dollar AS. Pengabaian air menelan biaya jauh lebih dari 300 miliar dollar AS," ungkapnya.

"Sumber daya harus dimobilisasi untuk berinvestasi dalam teknologi untuk sistem pengelolaan air yang lebih efisien yang kemudian akan memungkinkan orang untuk memiliki mata pencaharian yang lebih baik dan kualitas hidup yang lebih baik," tambah Tharman.

Dia mencontohkan, wanita di negara berkembang, yang menghabiskan beberapa jam setiap hari keluar untuk mendapatkan air. "Jika Anda dapat membuatnya bisa diakses, bayangkan apa yang dapat mereka lakukan dengan waktu," kata Tharman.

"Ya, itu akan membutuhkan biaya dan dunia harus membayarnya. Tapi sebenarnya kita akan mendapatkan banyak dari segi ekonomi, yang berarti kehidupan individu, kehidupan masyarakat, akan jauh lebih baik, kita akan menghemat uang," tutupnya.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.