Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Rasionalkah Percaya pada Intuisi? Simak Penjelasan Ahli Saraf

Foto : The Conversation/Valerie van Mulukom

Ilustrasi.

A   A   A   Pengaturan Font

Dalam literatur psikologi, intuisi sering kali dijelaskan sebagai salah satu dari dua cara berpikir secara umum, bersama dengan penalaran analitik. Pemikiran intuitif digambarkan sebagai otomatis, cepat, dan tidak disadari. Sebaliknya, pemikiran analitik bersifat lambat, logis, sadar, dan disengaja.

Banyak yang menganggap pembagian antara pemikiran analitis dan intuitif berarti bahwa kedua jenis pemrosesan (atau "gaya berpikir") tersebut berlawanan, bekerja dengan cara yang saling bertolak belakang. Namun, sebuah meta-analisis terbaru - sebuah investigasi atas dampak dari sekelompok penelitian diukur - telah menunjukkan bahwa pemikiran analitis dan intuitif biasanya tidak berkorelasi dan dapat terjadi pada waktu yang bersamaan.

Jadi, meskipun benar bahwa satu gaya berpikir cenderung terasa dominan di atas yang lain dalam situasi apa pun - khususnya pemikiran analitis - sifat bawah sadar dari pemikiran intuitif menyulitkan kita untuk menentukan dengan tepat kapan hal itu terjadi, karena banyak hal yang terjadi di bawah kesadaran kita.

Sesungguhnya, kedua gaya berpikir ini saling melengkapi dan dapat bekerja secara bersamaan - kami sering menggunakan keduanya secara bersamaan. Bahkan penelitian ilmiah yang inovatif dapat dimulai dengan pengetahuan intuitif yang memungkinkan para ilmuwan untuk merumuskan ide dan hipotesis inovatif, yang kemudian dapat divalidasi melalui pengujian dan analisis yang ketat.

Terlebih lagi, meskipun intuisi dianggap ceroboh dan tidak akurat, pemikiran analitis juga dapat merugikan. Penelitian telah menunjukkan bahwa terlalu banyak berpikir dapat secara serius menghambat proses pengambilan keputusan.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top