Putera Mahkota, Dibenci tapi Tak bisa Dijatuhkan
Didampingi Putra Mahkota - Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz Al Saud didampingi putra mahkota, Pangeran Mohammed bin Salman saat akan menyampaikan sebuah pidato di hadapan Dewan Syuro, di Riyadh, Arab Saudi, pertengahan Desember lalu.
Sepanjang 2017 Pemerintah Arab Saudi beberapa kali membuat geger publik dunia. Mulai dari pencopotan putra mahkota Mohammed bin Nayef yang digantikan oleh Mohammed bin Salman, pemutusan hubungan diplomatik Arab Saudi terhadap Qatar, penangkapan 11 pangeran dan puluhan pejabat negara atas dugaan tindak kejahatan korupsi serta terakhir pengakuan Mohammed bin Salman yang memiliki istana bernama Raja Louis 14 di Prancis.
Arab Saudi memiliki peran vital di jajirah Arab. Segala kehebohan dalam tubuh Kerajaan Arab Saudi bukan hanya akan berpengaruh terhadap kondisi politik dan keamanan kawasan, tetapi masyarakat Indonesia pun ikut was-was. Pasalnya, gelombang haji dan umrah masyarakat Indonesia ke Makkah tidak pernah sepi, terdapat pula hampir 2 juta WNI mencari rezeki di negara itu, hubungan bilateral kedua negara pun terjalin sangat baik.
Faisal Assegaf penulis buku Rahasia Muammar al-Qaddafi dan pengamat Timur Tengah, menyebut sekarang ini Mohammed bin Salman telah berkuasa secara de facto meskipun tahta tertinggi masih dipegang ayahnya, Raja Salman. Pencopotan putera mahkota Mohammed bin Nayef pada Juni 2017 lalu, dan dipilihnya Mohammed bin Salman telah membuat banyak pangeran Arab kecewa. Sebab langkah ini menerobos tradisi keluarga kerajaan.
Selama ini, tongkat kekuasaan Kerajaan Arab Saudi bergerak ke samping, yaitu pada adik-adik raja, bukan anak-anak raja. Namun Raja Salman lebih memilih menyerahkan tongkat estafet kekuasaan pada putra kesayangannya dari istri ketiganya, Mohammed bin Salman. Putra Mahkota yang berdarah muda, yakni 32 tahun, tak lama setelah memegang jabatan yang baru, lalu secara mengejutkan memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.
Riyadh menuding Qatar telah mendanai terorisme, sebuah tuduhan yang dibantah mati-matian oleh Pemerintah Qatar. Padahal, tidak sedikit analis yang menduga kuat pemutusan hubungan diplomatik ini lantaran Mohammad bin Salman melihat Pemerintah Qatar lebih dekat dengan Iran, rivalnya beratnya.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya