PM Prancis Akan Tangani Administrasi hingga Pemerintah Baru Terbentuk
Arsip Foto - Perdana Menteri Prancis Gabriel Attal di Istana Elysee di Paris, Prancis, Selasa (7/7/2020).
Foto: ANTARA/Xinhua/Aurelien MorissardAnkara - Perdana Menteri Prancis Gabriel Attal dikabarkan akan terus menjalani administrasi pemerintahan usai pengunduran dirinya diterima oleh Presiden EmmanuelMacron.
Macronpada Rabu telah menerima pengunduran diri Attal menyusul kekalahan Partai Sayap Tengah pada pemilu legislatif (pileg) putaran kedua.
"Perdana Menteri Gabriel Attal menyampaikan pengunduran diri pemerintahnya kepada Presiden Emmanuel Macron yang menerimanya hari ini," kata pemerintah Prancis di media sosial X.
Attal akan terus menangani urusan pemerintahan saat ini hingga pemerintahan baru terbentuk.
Dia mengajukan pengunduran dirinya pada 8 Juli, setelah pemilu putaran kedua. Namun, Macron memintanya untuk terus menjalankan posisinya untuk saat ini guna menjamin stabilitas negara, kata sumber di Istana Elysee kepada lembaga penyiaran BFMTV.
Aliansi sayap kiriNew Popular Front (NFP) yang diperkirakan memperoleh kursi terbanyak di Majelis Nasional yang merupakan majelis rendah pada Parlemen Prancis, mulai mencari kandidat untuk diusulkan sebagai perdana menteri.
Kerja keras tersebut menyebabkan perbedaan pendapat, bahkan perpecahan di dalam NFP, yang sedang mencari nama yang kuat untuk diberikan kepada Macron.
Partai politik mengkritik keras Macron karena menolak pengunduran diri Attal, menunda proses, dan menyebabkan ketidakstabilan di negara tersebut.
NFP dapat memenangkan lebih dari 180 kursi. Sedangkan aliansi tengah,Togetherfor the Republicyang didukung oleh Macron, menempati posisi kedua dengan lebih dari 160 kursi. Lalu,National Rally(RN) yang dipimpin Marine Le Pen memperoleh lebih dari 140 kursi.
Majelis Nasional memiliki 577 kursi dan tidak satu pun dari tiga aliansi utama diperkirakan akan memenangkan mayoritas absolut dari 289 anggota parlemen.
Putaran pertama diadakan pada tanggal 30 Juni dan 76 kandidat terpilih tanpa putaran kedua.
RN memperoleh 29,26 persen suara saja (37 kursi), angka yang meningkat menjadi lebih dari 33 persen jika digabungkan dengan sekutunya. NFP mendapat 28,06 persen (32 kursi), diikuti olehTogether for the Republicdengan sedikit di atas 20,04 persen (dua kursi).
Macron membubarkan parlemen dan mengumumkan pemilihan awal setelah RN memenangkan lebih dari 31 persen suara dalam pemilihan Parlemen Eropa pada tanggal 9 Juni, mengalahkan blok tengahnya.
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 3 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 4 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 5 Meluas, KPK Geledah Kantor OJK terkait Penyidikan Dugaan Korupsi CSR BI
Berita Terkini
- Hati Hati, Ada Puluhan Titik Rawan Bencana dan Kecelakaan di Jateng
- Malam Tahun Baru, Ada Pemutaran Film di Museum Bahari
- Kaum Ibu Punya Peran Penting Tangani Stunting
- Trump Tunjuk Produser 'The Apprentice', Mark Burnett, sebagai Utusan Khusus untuk Inggris
- Presiden Prabowo Terbitkan Perpres 202/2024 tentang Pembentukan Dewan Pertahanan Nasional