PM Jepang Janjikan Hubungan Lebih Hangat dengan Korsel
Pertemuan Yoon - Kishida l Presiden Korsel, Yoon Suk-yeol (kanan) dan PM Jepang, Fumio Kishida, berjabat tangan saat keduanya bertemu di Kantor Kepresidenan Korsel di Seoul pada Jumat (6/9). Dalam pertemuan bilateral ini, kedua pihak berharap hubungan bilateral kedua negara akan terus membaik walau kepemimpinan perdana menteri di Jepang akan segera berakhir.
Foto: AFP/Lee Jin-manSEOUL - Perdana Menteri Jepang yang akan lengser, Fumio Kishida, pada Jumat (6/9) tiba di Korea Selatan (Korsel) untuk menghadiri putaran pembicaraan terakhir dengan harapan dapat mempererat hubungan antara kedua negara sebelum ia meninggalkan jabatannya.
Kedua negara yang merupakan sekutu keamanan utama Amerika Serikat (AS), telah lama berselisih pendapat mengenai masalah historis yang terkait dengan pendudukan brutal Jepang di Semenanjung Korea dari tahun 1910 hingga 1945, termasuk perbudakan seksual dan kerja paksa.
Namun Presiden Korsel, Yoon Suk-yeol, telah berupaya untuk mengubur masalah tersebut dalam beberapa tahun terakhir dengan memulai kembali inisiatif perundingan rutin dengan PM Kishida dan meningkatkan kerjasama militer dalam menghadapi meningkatnya ancaman dari Korea Utara (Korut) yang memiliki senjata nuklir.
"Berdasarkan kepercayaan yang kuat antara kedua negara, hubungan antara Korea dan Jepang telah meningkat secara signifikan selama satu setengah tahun terakhir," kata Presiden Yoon selama pembicaraan. "Masih ada masalah-masalah sulit dalam hubungan Korea-Jepang. Saya berharap dapat bekerja sama dengan cara yang berwawasan ke depan sehingga langkah kita menuju masa depan yang lebih cerah dapat terus berlanjut," imbuh dia.
Sedangkan PM Kishida sebelum keberangkatannya berkata pada wartawan bahwa mengingat lingkungan strategis saat ini di sekitar kedua negara, maka kerjasama Jepang-Korsel menjadi semakin penting.
"Hubungan Jepang-Korsel telah membaik pesat di bawah kepemimpinan saya dan Presiden Yoon, dan kami ingin membahas cara memperkuat kerjasama dan komunikasi kita secara berkelanjutan," kata dia.
Perjalanan PM Kishida yang merupakan pertemuan puncaknya yang ke-12 dengan Presiden Yoon, akan memungkinkan kedua pemimpin untuk bertukar pendapat secara terbuka dan menegaskan arah hubungan bilateral kita di masa depan.
PM Kishida mengatakan dia tidak akan mencalonkan diri kembali sebagai pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) yang telah berkuasa lama ketika masa jabatannya berakhir bulan ini. LDP yang konservatif diperkirakan akan memutuskan pemimpin baru pengganti Kishida pada tanggal 27 September mendatang.
Kesempatan Penting
Sementara itu Korsel mengatakan bahwa kedua pemimpin berencana untuk membahas arah masa depan kerjasama Korea-Jepang, kerjasama regional, dan kerjasama global.
"Membaiknya hubungan antara Tokyo dan Seoul juga telah secara signifikan memperkuat kerja sama keamanan trilateral dengan AS dalam menanggapi ancaman nuklir dan misil Korut," kata kantor berita Yonhap pada Jumat.
Tahun lalu, Presiden Yoon dan PM Kishida bertemu dengan Presiden AS, Joe Biden, di Camp David, untuk pertemuan puncak yang bertujuan meningkatkan tanggapan bersama mereka terhadap Korut.
Media Jepang melaporkan bahwa PM Kishida mungkin juga melakukan kunjungan terakhir ke Washington DC sebelum mengundurkan diri.
"Kunjungan Kishida, yang dilakukan tiga pekan sebelum masa jabatannya berakhir, menunjukkan keinginan dan tindakannya untuk melanjutkan momentum peningkatan hubungan antara kedua negara," kata Choi Eun-mi, seorang peneliti di Asan Institute for Policy Studies kepada AFP.
"Kunjungan itu akan menjadi pesan kepada perdana menteri berikutnya untuk melanjutkan upaya ini," imbuh dia.
Namun sejumlah anggota parlemen Korsel mengkritik kunjungan tersebut, dengan mengatakan bahwa kunjungan PM Kishida tersebut hanya membuang-buang waktu dan uang.
"(Presiden) Yoon menggelar pesta pengunduran diri (untuk Kishida) di tengah kota Seoul saat ini dengan uang pembayar pajak," tulis anggota parlemen dan mantan kepala mata-mata Park Jie-won di Facebook.
Pemerintahan Yoon pada Juli lalu juga dikritik keras setelah jaringan pertambangan di pulau Jepang yang terkenal karena menggunakan tenaga kerja wajib pada masa perang, ditambahkan ke daftar Warisan Dunia UNESCO setelah Korsel mencabut keberatan sebelumnya terhadap pencantumannya.
- Baca Juga: Malaysia lanjutkan pencarian MH370
- Baca Juga: Asean Ingin Junta Gelar Pemilu Inklusif
Para kritikus bahkan mengklaim presiden Korsel telah mendukung upaya Jepang untuk memutarbalikkan kejahatan perang. AFP/I-1
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 3 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 4 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
- 5 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
Berita Terkini
- Status Pailit Sritex, Berikut Penjelasan BNI
- Arab Saudi: Habis Minyak Bumi, Terbitlah Lithium
- Misi Terbaru Tom Cruise: Sabotase Pasukan Jerman!
- AirNav Pastikan Kelancaran Navigasi Penerbangan Natal dan Tahun Baru 2024/2025
- Sambut Natal 2024, Bank Mandiri Bagikan 2.000 Paket Alat Sekolah hingga Kebutuhan Pokok di Seluruh Indonesia