Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pilkada Bebas Ambisi Pribadi

Foto : Istimewa

Pakar Komunikasi Politik Dr. Benny Susetyo.

A   A   A   Pengaturan Font

Namun, di Indonesia, konsep ini lebih sering menjadi retorika kosong ketimbang kenyataan. Pemimpin yang seharusnya menjadi pelayan rakyat justru banyak yang terjebak dalam perangkap kekuasaan dan kepentingan pribadi. Jabatan dipandang sebagai alat untuk memperkaya diri, memperkuat dinasti politik, dan mempertahankan status quo, bukan sebagai amanah yang harus diemban dengan integritas.

Praktik politik uang, dinasti, dan manipulasi bantuan sosial dalam Pilkada menunjukkan betapa rusaknya sistem politik kita. Alih-alih memilih pemimpin yang visioner dan berkomitmen pada kepentingan publik, Pilkada sering kali menjadi panggung transaksi politik kotor yang menegaskan bahwa banyak pemimpin belum selesai dengan dirinya sendiri-mereka justru semakin tenggelam dalam kekuasaan yang korup.

Otonomi daerah yang seharusnya menjadi pilar penting dalam menciptakan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Namun, tujuan luhur ini seringkali terhambat oleh kepemimpinan yang tidak mumpuni. Pemimpin daerah yang berkualitas seharusnya tidak hanya memahami kebutuhan rakyat secara mendalam, tetapi juga mampu merumuskan kebijakan yang benar-benar berdampak positif bagi masyarakat.

Sayangnya, dalam banyak kasus, yang kita saksikan adalah pemimpin yang minim visi, tidak inovatif, dan gagal menangkap aspirasi rakyat. Alih-alih membawa kemajuan, mereka seringkali terjebak dalam birokrasi yang stagnan dan kepentingan politik sesaat. Tanpa kepemimpinan yang tanggap dan berkualitas, otonomi daerah hanyalah ilusi, jargon kosong yang tak pernah bertransformasi menjadi pembangunan nyata.

Dalam praktiknya, memilih pemimpin yang berkualitas di tengah sistem politik yang korup bukan hanya sulit, tetapi sering kali mustahil. Proses politik yang seharusnya berorientasi pada kepentingan rakyat justru kerap didikte oleh kepentingan elite politik dan aktor ekonomi.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top