Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 05 Jun 2021, 07:29 WIB

Petani Hortikultura Masih Tertekan

Foto: istimewa

JAKARTA - Produsen pangan menegaskan kondisi sektor pertanian masih tertekan, khususnya di subsektor holtikultura. Karenanya, kelompok petani yang tergabung dalam Serikat Petani Indonesia (SPI) meminta pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk mengantisipasi kerugian petani holtikultura.

Sekretaris Umum SPI, Agus Ruli Ardiansyah menyebut pada subsektor hortikultura, laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan penurunan pada subsektor ini dipengaruhi penurunan indeks harga yang diterima oleh petani (lt) khususnya pada dua kelompok, yakni sayur-sayuran (khususnya cabai rawit dan cabai merah) dan tanaman obat (khususnya jahe).

"Penurunan pada subsektor ini (hortikultura) cukup besar, yakni minus 2,75 persen dibandingkan bulan sebelumnya," ucapnya di Jakarta, Jumat (4/6).

Dia menjelaskan anggota SPI yang melakukan budidaya sayur-sayuran, seperti di Kabupaten Bogor dan Sukabumi, menyebutkan harga di tingkat petani rendah dan kurang laku di pasar. "Harga kol yang biasanya 3.000 rupiah per kilogram (kg) turun drastis menjadi hanya 800 rupiah per kg, contohnya," ujarnya.

Di Wonosono, Jawa Tengah, untuk tanaman cabai hijau besar berada di harga 6.000 rupiah, turun setengah dibandingkan harga normalnya yakni 12.000 rupiah. Untuk tanaman kol atau jenis kubis-kubisan di harga 1.000 rupiah per kg, dari harga normalnya di kisaran 2.000 - 3.000 rupiah per kg.

Seperti diketahui, laporan BPS menunjukkan Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada Mei 2021 sebesar 103,39 atau naik 0,44 persen dibanding NTP bulan sebelumnya.

Dari data itu, Agus Ruli menyoroti perkembangan NTP di dua subsektor, yakni tanaman pangan dan hortikultura. Kedua subsektor tersebut dinilai belum menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini tercermin dari situasi yang dialami oleh para petani di berbagai wilayah.

Dari data itu, nilai subsektor tanaman pangan masih di bawah standar impas (ukuran 100 dalam NTP) yakni di angka 96,85. Agus Ruli mengingatkan agar pemerintah segera menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

Kesejahteraan Membaik

Secara terpisah, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri mengatakan fenomena konsistensi kenaikan NTP dan NTUP merupakan sebuah indikator bahwa kesejahteraan petani mulai membaik.

"Pada 2020, nilai NTP hanya 99,47 dan menjadi titik terendah. Nilai di bawah 100 ini biasanya bertahan hingga bulan agustus. Namun, pada 2021 ini, nilainya cenderung linier dan tinggi diatas 102 sejak Oktober 2020," katanya.

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.