Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 22 Feb 2025, 00:00 WIB

Jangan Setengah Hati, Stop Kebergantungan Pada Impor Pangan, Jika Indonesia Tak Ingin Seperti Filipina

Negara Importir Pangan Rentan Alami Krisis

Foto: antara

JAKARTA – Negara yang bergantung pada impor rentan mengalami krisis pangan, seperti yang dialami Filipina, Malaysia dan Jepang. Karenanya, pemerintah harus mengurangi kebergantungan impor dan memperkuat pangan domestik.

Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menegaskan pentingnya Indonesia mempercepat swasembada beras sekaligus memperkuat cadangan pangan nasional. Menurutnya, kejadian darurat pangan di Jepang, Malaysia, hingga Filipina menjadi alarm bagi Indonesia untuk bertindak cepat dalam menjaga ketahanan pangan.

Mentan menyoroti kebijakan terbaru pemerintah Jepang yang untuk pertama kalinya dalam sejarah, melepaskan 210 ribu ton beras dari cadangan darurat satu juta ton akibat lonjakan harga ekstrem. “Kenaikan harga beras di Jepang mencapai 82 persen dalam setahun, dari 2.023 yen/ kilogram (kg) atau etara 215.423 rupiah menjadi 3.688 yen/ kg (393.000 rupiah). Ini dampak langsung dari gelombang panas ekstrem yang merusak produksi dan mengganggu distribusi. Kondisi ini bisa terjadi di mana saja jika negara tidak memiliki cadangan pangan yang memadai,” ujarnya di Jakarta, Jumat (21/2).

Di Malaysia, kelangkaan beras lokal memicu kepanikan di masyarakat. Pasokan yang menipis menyebabkan lonjakan harga, sementara harga beras impor yang lebih tinggi semakin membebani rakyat.

“Kondisi di Malaysia menunjukkan terganggunya stok pangan bisa berakibat pada keresahan sosial. Pangan bukan sekadar kebutuhan, tetapi juga faktor stabilitas negara,” jelas Amran.

Di media sosial, gelombang protes dari warga Malaysia terus meningkat. Warga menuntut tindakan nyata dari pemerintah untuk mengatasi krisis ini, dan mengurangi kebergantungan pada beras impor.

Sebelumnya, Filipina menetapkan status darurat ketahanan pangan sejak awal Februari 2025 setelah inflasi beras mencapai 24,4 persen atau tertinggi dalam 15 tahun terakhir. “Negara yang bergantung pada impor beras seperti Filipina dan Malaysia sangat rentan ketika pasokan global terganggu. Ini menjadi pelajaran berharga bahwa ketergantungan pada impor bukanlah solusi jangka panjang. Indonesia harus memperkuat produksi dalam negeri,” tegas Mentan.

Badan Pangan Dunia (FAO) melaporkan lebih dari 864 juta orang di dunia mengalami kerawanan pangan parah pada 2024, dengan Asia dan Afrika sebagai wilayah terdampak utama. Perubahan iklim, konflik, dan ketidakstabilan ekonomi disebut sebagai pemicu utama.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025, harga beras medium di Indonesia stabil di kisaran 13.000-14.000 rupiah/ kg, lebih rendah dibanding puncak harga pada 2024 yang sempat mencapai 16.000 rupiah/ kg.

Menurut BPS, pada Februari 2024, harga beras di Indonesia naik hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. Harga beras di tingkat penggilingan pada Februari 2024 mencapai 14.274 rupiah/ kg.

Untungkan Spekulan

Dari Yogyakarta, Peneliti Mubyarto Institute, Awan Santosa mendesak pemerintah mengurangi kebergantungan impor. Selama ini, pemerintah terkesan tidak serius membangun produksi dalam negeri.

"Impor selain menciptakan kebergantungan juga hanya memperkaya segelintir orang atau pemburu rente impor pangan," pungkas Awan.

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.