Pertumbuhan Ekonomi Global 3,3% pada 2025
IMF melalui laporan World Economic Outlook Januari 2025, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global stabil di 3,3 persen. Akan tetapi, pertumbuhan global itu masih di bawah rata-rata historis yang sekitar 3,7 persen.
Foto: antaraWashington DC - IMF melalui laporan World Economic Outlook Januari 2025, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global stabil di 3,3 persen. Akan tetapi, pertumbuhan global itu masih di bawah rata-rata historis yang sekitar 3,7 persen.
Dalam laporannya, IMF tidak mengubah proyeksinya terhadap ekonomi Indonesia dari laporan edisi sebelumnya, Oktober 2024 sebesar 5,1 persen.
Menurut Kepala Ekonom dan juga Direktur Departemen Riset IMF Pierre-Olivier Gourinchas menjelaskan meskipun prospek ekonomi global secara umum tidak berubah dari Oktober lalu, namun perbedaan negara ekonomi maju semakin melebar. Di antara negara-negara maju, Amerika Serikat (AS)tumbuh lebih kuat dari proyeksikan sebelumnya yang diperkirakan tahun ini tumbuh sebesar 2,7 persen.
"Pertumbuhan global diproyeksikan tetap stabil di 3,3 persen tahun ini dan tahun depan, sejalan dengan potensi pertumbuhan yang melemah sejak pandemi,” ujar Kepala Ekonom dan Direktur Departemen Riset IMF, Pierre-Olivier Gourinchas.
Sebaliknya, pertumbuhan di kawasan euro direvisi turun dan hanya akan tumbuh1 persen pada tahun ini, yang mencerminkan rendahnya kepercayaan konsumen dan tingginya harga energi, terutama dibandingkan dengan AS.
Dilansir AFP, Gourinchas mengatakan meningkatnya ketidakpastian kebijakan perdagangan global akan menyebabkan permintaan menurun di banyak negara, termasuk Tiongkok, yang diproyeksikan pertumbuhannya sebesar 4,6 persen tahun ini.
Di Tiongkok yang merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS, IMF melihat adanya tekanan deflasi dan tantangan terkait permintaan domestik yang melemah.
Gourinchas menuturkan, sebagian perbedaan tersebut bersifat struktural. Misalnya, AS mengalami pertumbuhan produktivitas yang terus-menerus lebih kuat daripada Eropa, terutama di sektor teknologi, yang terkait dengan lingkungan bisnis yang menguntungkan dan pasar modal yang lebih dalam. Di antara negara-negara berkembang, potensi pertumbuhan telah menurun untuk Tiongkok sejalan dengan tren sekuler dan demografis, tetapi telah meningkat di pasar-pasar berkembang lainnya dan keduanya sekarang sebanding.
Lebih lanjut, IMF menyebutkan, di AS, pergeseran kebijakan fiskal dan perdagangan serta kemungkinan pembatasan imigrasi atau ledakan kepercayaan yang dipicu oleh deregulasi yang diharapkan dapat bertindak dalam arah berlawanan untuk pengaruhi output.
Namun, secara keseluruhan dapat memicu tekanan inflasi yang membutuhkan kebijakan moneter lebih ketat. Inflasi yang lebih tinggi akan mencegah Federal Reserve memangkas suku bunga seperti yang direncanakan sebelumnya. Kebijakan-kebijakan ini juga kemungkinan akan memperkuat dolar dan memperketat kondisi keuangan di tempat lain, terutama untuk pasar berkembang dan negara-negara berkembang.
Proyeksi Bank Dunia
Sementara itu, Wolrd Bank atau Bank Dunia lewat laporan Global Economic Prospects (GEP) Januari 2025, memproyeksikan ekonomi global hanya tumbuh 2,7 persen. Sedangkan ekonomi Indonesia sama dengan laporan IMF dikisaran 5,1persen.
Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), mengatakan proyeksi itu sejalan dengan turunnya daya beli masyarakat.
“Konsumsi rumah tangga lemah, khususnya golongan menengah ke bawah,” kata Perry, di Jakarta, beberapa hari lalu.
Berita Trending
- 1 Ayo Dukung Penguatan EBT, Irena Jadikan Asean sebagai Prioritas Percepatan Transisi Energi
- 2 Mulai 23 Januari, Film '1 Kakak 7 Ponakan' Tayang di Bioskop
- 3 Cegah Penularan, Pemprov Jatim Salurkan 7.000 Dosis Vaksin PMK ke Pacitan
- 4 Tindak Tegas, KPK Tahan Dua Tersangka Kasus Korupsi di Pemkot Semarang
- 5 Napoli Hadapi Ujian Berat dari Atalanta