Pertumbuhan Ekonomi AS Ada di Level Lambat hingga Sedang
Pelanggan memilih barang di sebuah supermarket di Foster City, California, Amerika Serikat, pekan lalu.
Foto: ANTARA/XINHUA/LI JIANGUOWASHINGTON - Federal Reserve AS (the Fed) dalam Beige Book yang dirilis pada hari Rabu (17/7) menyebut aktivitas ekonomi Amerika Serikat (AS) mempertahankan laju pertumbuhan lambat hingga sedang di sebagian besar distrik dari akhir Mei hingga awal Juli 2024, dengan lebih banyak distrik melaporkan aktivitas yang stagnan atau menurun.
Berdasarkan survei the Fed, tujuh distrik melaporkan beberapa level peningkatan terkait aktivitas, lima lainnya mencatat laju aktivitas yang stagnan atau menurun, tiga distrik lebih banyak dibandingkan periode pelaporan sebelumnya.
Seperti dikutip dari Antara, upah terus mencatat pertumbuhan pada laju sedang hingga moderat di sebagian besar distrik, sementara harga secara umum dilaporkan naik pada level sedang.
Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (personal consumption expenditure/PCE) AS, indikator inflasi acuan the Fed, naik 2,6 persen pada Mei dari setahun lalu, masih lebih tinggi dari target inflasi jangka panjang bank sentral tersebut.
Dalam sidang dengar pendapat di Kongres pekan lalu, Gubernur the Fed AS, Jerome Powell, mengindikasikan the Fed sudah semakin mendekati keputusan untuk memangkas suku bunga. Namun, keyakinan yang lebih besar perihal inflasi diperlukan sebelum mengambil tindakan semacam itu.
Permintaan Melemah
Beige Book juga menyatakan bahwa mayoritas distrik mencatat permintaan yang melemah terkait pinjaman konsumen dan bisnis.
Ekspektasi terkait masa depan perekonomian berada di laju pertumbuh an yang lebih lambat selama enam bulan ke depan akibat ketidakpastian seputar pemilihan umum yang akan digelar, kebijakan dalam negeri, konflik geopolitik, dan inflasi.
Beige Book merupakan sebuah survei tentang kondisi ekonomi saat ini berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari 12 bank sentral regional the Fed. Kondisi ekonomi dan politik di AS, seperti kebijakan the Fed dan Pilpres AS akan mempengaruhi moneter di Indonesia, khususnya pada nilai tukar rupiah.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar AS pada perdagangan Jumat (19/7), turun dipengaruhi ketidakpastian mengenai pemilu AS yang terus berlanjut sehingga memberikan penguatan kepada dollar AS.
Pada awal perdagangan Jumat pagi, rupiah dibuka melemah 59 poin atau 0,36 persen menjadi 16.214 rupiah per dollar AS dari sebelumnya sebesar 16.155 rupiah per dollar AS.
"Ketidakpastian mengenai pemilu AS terus berlanjut selama sesi AS, mendorong dollar AS dan imbal hasil US Treasury lebih tinggi," kata Kepala Ekonom Bank Permata saat dihubungi Antara di Semarang.
Penguatan dollar AS juga didukung oleh sentimen dari Eropa dan Jepang. European Central Bank (ECB) mempertahankan suku bunga kebijakannya pada level 4,25 persen pada pertemuan Juli 2024.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden ECB, Christine Lagarde, mengatakan keputusan penurunan suku bunga kebijakan pada tanggal September 2024 terbuka lebar, mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga lagi pada 2024.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Eko S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 3 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 4 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
- 5 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
Berita Terkini
- Kekalahan yang Menyesakkan Dada, Indonesia Gagal Melaju Ke Semifinal ASEAN Cup 2024
- Status Pailit Sritex, Berikut Penjelasan BNI
- Arab Saudi: Habis Minyak Bumi, Terbitlah Lithium
- Misi Terbaru Tom Cruise: Sabotase Pasukan Jerman!
- AirNav Pastikan Kelancaran Navigasi Penerbangan Natal dan Tahun Baru 2024/2025