Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemerataan Pembangunan I Listrik di Perdesaan Harus Berbasis Energi Baru Terbarukan

Perlu Tekad Kuat dalam Membangun Rakyat Perdesaan yang Berbasis Teknologi

Foto : ANTARA/DEDHEZ ANGGARA

DESA BUTUH LISTRIK EBT I Dua anak belajar dengan penerangan lampu minyak di Dusun Cagakroya, Cikamurang, Terisi, Indramayu, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Tidak mungkin membangun rakyat di perdesaan yang berbasis teknologi jika tidak ada listrik. Solusinya pemerintah harus membangun listrik EBT yang bisa terlaksana dalam waktu cepat.

A   A   A   Pengaturan Font

Selain itu, pembangunan listrik berbasis EBT di perdesaan lebih sejalan dengan prinsip Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), ketimbang memaksakan membangun PLTU yang merusak lingkungan dan mengancam pemanasan global karena emisi karbon yang dilepaskan ke udara sangat besar.

Direktur Walhi Kalimantan Selatan, Kisworo Dwi Cahyono, yang dikonfirmasi di Jakarta, Minggu (25/7), mengatakan tuntutan dari dunia internasional untuk menahan laju pemanasan suhu global harus menjadi panduan untuk mengedepankan pembangunan energi hijau di perdesaan dan secara perlahan meninggalkan energi kotor.

"Jangan sampai PLTU di bawah ke perdesaan yang investasinya sangat mahal dan bisa membunuh rakyat desa dengan polusinya. Biarkan rakyat desa tetap menghirup udara sehat dan bisa menikmati pendidikan secara online dengan keberadaan listrik berbasis EBT. Ini lebih ramah lingkungan dan berkeadilan," kata Kisworo.

Batu bara selain energi kotor, juga tidak bisa diperbarui, pasti habis. Beda dengan EBT yang ramah lingkungan dan tetap memenuhi kebutuhan dalam jangka panjang, tanpa merugikan lingkungan.

"Jadi, tidak mungkin membangun pendidikan online kalau tidak ada listrik di desa, tidak ada akses informasi, bagaimana masyarakat bisa memperbaiki diri, bagaimana bisa membangun agriteknologi," katanya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top