Perlu Tekad Kuat dalam Membangun Rakyat Perdesaan yang Berbasis Teknologi
DESA BUTUH LISTRIK EBT I Dua anak belajar dengan penerangan lampu minyak di Dusun Cagakroya, Cikamurang, Terisi, Indramayu, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Tidak mungkin membangun rakyat di perdesaan yang berbasis teknologi jika tidak ada listrik. Solusinya pemerintah harus membangun listrik EBT yang bisa terlaksana dalam waktu cepat.
Tak Mampu Bersaing
Dia juga menegaskan, kalau energi kotor tidak mungkin bersaing dengan EBT, makanya negara-negara Uni Eropa pada 2030 sudah berkomitmen melepaskan energi kotor dan 100 persen beralih ke EBT.
"Negara Eropa saja yang tidak hidup di sekitar khatulistiwa sudah beralih ke energi hijau, sedangkan Indonesia malah mau membeli PLTU apkir dari Tiongkok dan Jepang," katanya.
Dari sisi anggaran, energi kotor membebani keuangan negara karena pemerintah harus mengalokasikan anggaran ratusan triliun rupiah untuk subsidi energi kotor. Belum triliunan rupiah yang ditanggung negara untuk bikin PLTU yang diimpor. "Ini karena ulah pebisnis batu bara "konco-konco" para pejabat," katanya.
PLN pun malah melarang orang bangun panel listrik surya, harus ada izin dan ada batasnya. Mereka ditengarai sebenarnya takut listrik mereka yang menggunakan energi kotor tidak laku, sekaligus menunjukkan mereka tidak mampu bersaing. Kalau swasta ada kelebihan listrik, tidak boleh dijual. Ini bukti nyata mereka tidak mampu bersaing.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya