Pentingnya Vaksinasi Atasi Sirkulasi Varian Baru Covid-19, Ini Penjelasannya
Ilustrasi
Foto: PixabayDokter Spesialis Paru RSPI Sulianti Saroso Jakarta Rosa Marlina menilai vaksinasi tetap menjadi hal penting dalam memberikan perlindungan dari Covid-19. Terlebih, di tengah sirkulasi Covid-19 yang sampai saat ini terus bermutasi dengan cepat.
"Karena varian Covid-19 ini mutasinya cepat, jadi vaksinnya harus dilakukan beberapa kali untuk meningkatkan daya tahan tubuh kita," kata Rosa dalam Dialog Radio Kesehatan bertajuk Waspada Lonjakan Covid-19, dikutip dari Antara, Kamis (27/4).
Rosa mengimbau masyarakat tidak menyepelekan penularan Covid-19, meski kasus di Indonesia terkendali. Menurutnya, vaksinasi lengkap hingga penguat tetap penting dilakukan.
"Mungkin varian yang sebelumnya untuk vaksin ini dia ada toleransinya. Tapi untuk varian satu lagi, tidak," ucapnya.
Ia menambahkan, vaksinasi perlu dilakukan beberapa kali hingga booster kedua di tengah varian Covid-19 yang terus bermutasi. Adapun fungsi dari vaksin untuk membentuk imunitas yang bisa melawan virus saat mencoba masuk ke dalam tubuh.
Lebih lanjut, ia mengatakan masyarakat yang terinfeksi memang tetap ada meski sudah divaksin, tapi umumnya mereka tidak bergejala. Kalau pun bergejala, hanya ringan.
"Kalau sudah divaksin, pasti sudah ada imun. Kalau memang sebelumnya daya tahannya sudah cukup bagus, dimasukkan vaksin jadi bertambah bagus," ujar Rosa.
Oleh karena itu, melengkapi dosis vaksin Covid-19 menjadi penting. Khususnya pada kelompok berisiko seperti lanjut usia, memiliki komorbid dan punya masalah imunitas.
Secara terpisah, pakar ilmu kesehatan yang juga Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof. Tjandra Yoga Aditama mengemukakan kasus Covid-19 yang dipengaruhi Subvarian Arcturus diperkirakan mempengaruhi peningkatan jumlah kasus di Indonesia usai lebaran.
"Yang jelas sebelum lebaran beberapa kali kasus di atas 1.000, lalu waktu hari raya ini turun mungkin karena tesnya turun, dan dua hari terakhir ini sudah di atas 1.000 lagi," tuturnya.
Tjandra yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara mengatakan Arcturus menjadi penyebab kenaikan kasus di sejumlah negara, di antaranya India dan Singapura.
"Kalau menurut pakar University of Tokyo maka Arcturus adalah 1,17 sampai 1,27 kali lebih mudah menular dari varian sebelumnya, yaitu Varian Kraken," katanya.
Untuk itu masyarakat diimbau untuk melakukan pemeriksaan PCR atau antigen kalau ada gejala yang mencurigakan.
"Utamanya pada kelompok rentan seperti lansia dan mereka dengan komorbid untuk ekstra hati-hati, pakai masker di ruang tertutup dan kerumunan, melakukan vaksinasi booster," ucapnya.
Kepada pemerintah, Tjandra berpesan agar meningkatkan jumlah pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) sehingga bisa diketahui pola varian yang ada.
"Termasuk mendeteksi ada tidaknya varian baru, dan kalau ada maka dominan tidaknya Arcturus," jelasnya.
Berikutnya melakukan penyelidikan epidemiologi mendalam pada kasus yang dalam beberapa terakhir ini jumlahnya di atas 1.000 orang.
"Harus kembali menggalakkan kembali vaksinasi booster kedua, yang sekarang sudah tidak banyak dibicarakan lagi," pungkasnya.