Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pengepungan Azovstal: Benteng Terakhir yang Menjadi Wajah Horor Perang Ukraina

Foto : Istimewa

Pada Mei, setelah berbulan-bulan pertempuran, Pabrik Besi dan Baja Azovstal komplek industri yang hangus.

A   A   A   Pengaturan Font

MARIUPOL - Selama 80 hari, serangan Rusia tanpa henti bertemu dengan perlawanan pejuang-pejuang Ukraina yang gigih di Azovstal, sebuah komplek pabrik baja yang luas di Mariupol. Begitulah bagi mereka yang bertempur, dan bagi mereka yang terperangkap di bawah medan perang.

Dikutip dari The New York Times, pada sebuah pagi 21 Maret, dua helikopter Mi-8 muncul secara mengejutkan dan mengobrak-abrik tentara Rusia yang berada di bawah. Di dalamnya ada Pasukan Khusus Ukraina yang membawa peti-peti berisi rudal Stinger dan Javelin, serta sistem internet satelit. Mereka terbang hanya hampir 20 kaki di atas tanah ke zona pertempuran terpanas dalam perang.

Para jenderal top Ukraina menganggap penerbangan itu sebagai misi berani, yang mungkin gagal. Sekelompok tentara Ukraina, kehabisan amunisi dan sebagian besar tanpa komunikasi apa pun, bersembunyi di Azovstal yang terkepung. Para prajurit tengah di ambang kehancuran karena dikelilingi oleh kekuatan raksasa militer Rusia.

Rencana tersebut adalah agar Mi-8 mendarat di pabrik, menukar kargo mereka dengan tentara yang terluka, dan terbang kembali ke Ukraina tengah. Kebanyakan orang mengerti bahwa kota dan para pembelanya telah hilang. Tetapi senjata itu akan memungkinkan para prajurit untuk membuat frustrasi pasukan Rusia selama beberapa minggu lagi, menumpulkan serangan gencar yang dihadapi oleh pasukan Ukraina di tempat lain di front selatan dan timur, dan memberi mereka waktu untuk mempersiapkan serangan baru Rusia di sana.

"Sangat penting bagi orang-orang, yang sepenuhnya terkepung, untuk mengetahui bahwa kami tidak meninggalkan mereka, bahwa kami akan terbang ke mereka, mempertaruhkan hidup kami untuk membawa mereka yang terluka dan membawakan mereka amunisi dan obat-obatan," kata seorang perwira intelijen militer dengan kode panggilan Flint, yang berada di penerbangan pertama dan menjelaskan operasi itu kepada The New York Times, bersama dengan tiga orang lainnya yang terlibat. "Ini adalah tujuan utama kami."
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top