Penerapan ESG Peluang RI Tingkatkan Daya Saing
Pertemuan Presiden Prabowo dengan Usindo I Presiden Prabowo Subianto didampingi Menlu RI, Sugiono dan Menteri Investasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani berbincang dengan Presiden United States-Indonesia Society (Usindo) David Merrill
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak AJAKARTA – Presiden RI, Prabowo Subianto mengatakan kepada para pengusaha Amerika Serikat (AS) yang berinvestasi di Indonesia agar memperhatikan kebermanfaatan usaha bagi lingkungan, masyarakat, dan pemerintah (environmental, social, and governance/ESG).
Demikian disampaikan Menteri Investasi/ Kepala BKPM, Rosan P Roeslani, yang ikut mendampingi Presiden Prabowo Subianto dalam agenda pertemuan dengan The United States Indonesia Society (Usindo), pada hari kedua lawatan kenegaraan di Washington DC, AS, Senin (11/11). “Bagaimana mereka juga tidak hanya di dalam berinvestasi masuk ke Indonesia, tetapi juga mengenai ESG, mengenai invest back to the community.
Itu juga menjadi sangat penting,” katanya seperti diikuti secara dalam jaringan (daring) Sekretariat Presiden di Jakarta, Selasa (12/11) Usindo adalah organisasi nonpemerintahan yang didirikan untuk meningkatkan pemahaman AS tentang Indonesia, pengertian Indonesia tentang AS, dan memperkuat hubungan di antara kedua negara dan penduduknya. Menurut Rosan, arahan Kepala Negara direspons dengan sangat positif para pebisnis yang hadir.
“Presiden juga menyampaikan bahwa prioritas Indonesia adalah food security dan juga energi, kemudian downstreaming, dan makan bergizi gratis,” katanya. Pertemuan berlangsung secara santai dengan dihadiri sekitar 12 investor AS, mayoritas merupakan pimpinan perusahaan yang sudah berinvestasi di Indonesia. Dalam pertemuan itu hadir beberapa pimpinan perusahaan besar AS, seperti Freeport Mcmoran, S&P Global, Boeing, BP America, Exxonmobil, Citi, Caterpillar.
Tidak Ancam Lingkungan
Peneliti Ekonomi Core, Yusuf Rendi Manilet, yang diminta pendapatnya mengatakan penekanan terhadap ESG ini merupakan langkah yang tepat didasari oleh beberapa hal. Pertama, dari sisi lingkungan (environmental), Indonesia sebagai negara dengan kekayaan biodiversitas yang luar biasa memang harus memastikan bahwa setiap investasi yang masuk tidak mengancam kelestarian alam.
Kedua, dari aspek sosial (social), sangat penting untuk memastikan bahwa investasi asing memberikan dampak positif bagi masyarakat lokal, baik dalam bentuk lapangan kerja maupun peningkatan kesejahteraan. Ketiga, dari sisi tata kelola (governance), hal ini akan mendorong terciptanya sistem investasi yang lebih transparan dan akuntabel. Pemilihan forum Usindo sebagai tempat untuk menyampaikan pesan ini juga sangat strategis.
AS merupakan salah satu investor terbesar di Indonesia, dan memiliki standar yang tinggi dalam penerapan prinsip ESG. “Dengan menyampaikan komitmen ini di hadapan para pengusaha AS, saya kira pemerintah Indonesia sedang memosisikan diri sebagai destinasi investasi yang tidak hanya menarik secara ekonomi, tetapi juga bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan,” katanya.
Sementara itu, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Atma Jaya, YB. Suhartoko, mengatakan trend model pembangunan saat ini dan ke depan adalah pembangunan berkelanjutan dalam berbagai sektor. “Artinya, tidak sekadar mengejar pertumbuhan yang tinggi, tetapi juga memperhatikan kelestarian lingkungan, memperhatikan lingkungan sosial yang lebih adil dan tata kelola yang lebih baik,” katanya.
Suhartoko menegaskan orientasi pembangunan bukan jangka pendek, tetapi jangka panjang. Menarik investasi yang berwawasan ESG memang berat, namun ada banyak investor yang sudah berorientasi ESG. Peneliti Lingkungan Sustainability Learning Center (SLC), Hafidz Arfandi, menuturkan untuk mengejar target pertumbuhan 8 persen, Indonesia butuh lebih banyak investasi, namun bersumber dari investasi berkualitas.
“ESG bisa menjadi acuan untuk memastikan kredibilitas perusahaan/ project di mata investor, baik dari aspek tata kelola, sosial dan lingkungannya,” katanya. Berkaitan dengan investasi dari AS, menurut Hafidz, ESG penting untuk memenuhi standar akses pasar global, di mana nantinya hasil investasi tidak hanya berorientasi pada pemenuhan pasar domestik, tetapi juga menghasilkan produk yang kompetitif secara global khususnya terkait hilirisasi sumber daya alam (SDA).
Direktur Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat, mengatakan ESG jangan hanya sekadar jargon global, tetapi merupakan standar penting yang harus diikuti semua perusahaan untuk menjaga keberlanjutan lingkungan, dampak sosial positif, dan tata kelola yang transparan.
Redaktur: Vitto Budi
Penulis: Eko S, Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 3 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 4 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 5 Meluas, KPK Geledah Kantor OJK terkait Penyidikan Dugaan Korupsi CSR BI
Berita Terkini
- Masdar Resmikan Pembangkit Listrik Tenaga Angin Zarafshan
- Dukung UMKM Go Global, BNI Gandeng PT Pos Perkuat Ekosistem Logistik dan Pembiayaan
- Siap Hadapi Puncak Arus Pertama Libur Nataru, Berikut Persiapan ASDP Ketapang
- Riset Ungkap Musik Bisa Mengubah Cara Kita Mengingat Kenangan Masa Lalu
- Albania Izinkan Agrisolar dan Tenaga Angin di Padang Rumput