Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jum'at, 31 Jan 2025, 01:10 WIB

The Fed Tahan Suku Bunga, Rupiah Semakin Kewalahan untuk Pulih

Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed)

Foto: istimewa

JAKARTA - Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pertama Rabu (29/1) sejak Presiden Donald Trump dilantik, memutuskan menahan tingkat suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) di level 4,25-4,50 persen. 

Keputusan menahan laju penurunan suku bunga itu adalah yang pertama setelah The Fed memangkasnya dalam tiga pertemuan beruntun terakhir. Otoritas moneter AS itu juga memberi isyarat akan menahan suku bunga dalam waktu lama, dengan menegaskan tidak akan terburu-buru memotong FFR. The Fed hanya menegaskan jika keputusan suku bunga ke depan akan sangat ditentukan oleh perkembangan data ekonomi.

Menanggapi kebijakan bank sentral AS itu, pakar ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Wibisono Hardjopranoto, mengatakan, keputusan The Fed untuk menahan pelonggaran suku bunga akan membuat pasar ikut menunggu dan semakin membuat rupiah sulit pulih.

“Dengan suku bunga Amerika seperti sekarang pemulihan rupiah akan lebih lambat karena dana-dana yang tadinya berpotensi mengalir masuk, harus ikut menunggu. Memang mau tidak mau dalam keadaan seperti ini pasar harus wait and see terhadap indikasi kebijakan suku bunga The Fed, dan dampak lainnya IHSG akan sulit naik,” kata Wibisono.

Dengan kondisi seperti itu, Bank Indonesia dipaksa berlomba dengan irama bertahan The Fed. Situasi tersebut akan membuat para investor menahan rencana investasinya di Indonesia sehingga rupiah dapat tertekan.

“Dengan demikian, BI harus merespon bagaimana menahan inflasi yang tinggi dengan menaikkan suku bunga. Karena tekanan rupiah dapat meningkatkan inflasi yang nanti berakibat tergerusnya keuntungan investor. Namun demikian, ini harus diimbangi berbagai kebijakan, pemerintah,” katanta.

Dia pun meminta BI tidak terlalu lama menahan suku bunga, kalau memang harus naik sebaiknya dilakukan agar para investor memperoleh kepastian dan mereka tidak sulit menjalankan rencana-rencana bisnisnya.

1738259387_b20b62892dc2e10d515d.jpg

Utang Membengkak

Diminta pada kesempatan lain, pengamat kebijakan Publik Fitra, Badiul Hadi mengatakan, keputusan The Fed menahan suku bunga FFR akan berdampak pada kondisi ekonomi global. Investor akan cenderung memegang dollar AS dibanding mata uang lain, dan kondisi ketidakpastian ke depan membuat investor akan memilih aset yang memiliki nilai stabil seperti dollar AS.

Kebijakan tersebut, otomatis akan berdampak ke pasar keuangan Indonesia. Penguatan dollar AS akan berimbas pada pelemahan mata uang lain termasuk rupiah. Dengan rupiah yang melemah, maka biaya impor akan meningkat.

“Tingginya biaya impor akan berdampak pada harga dalam negeri,” kata Badiul.

Selain berdampak pada kenaikan harga barang impor, utang Indonesia juga akan membengkak, karena memiliki utang luar negeri dalam denominasi valuta asing (valas) terutama dollar AS, sehingga pembayaran cicilan dan pokok utang semakin mahal.

“Jika investor melihat risiko yang lebih besar pada negara berkembang seperti Indonesia maka mereka akan menarik modal dan situasi seperti itu dapat memperburuk depresiasi rupiah. Tekanan pada rupiah juga membuka ruang inflasi semakin tinggi karena karena harga barang impor semakin mahal. Jika tekanan rupiah semakin menguat maka BI perlu melakukan penyesuaian kebijakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,” kata Badiul.

Redaktur: Vitto Budi

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.