Peneliti Sebut Ibu Hamil Terpapar Polusi Berisiko Lahirkan Bayi Lebih Kecil
Ilustrasi
Foto: IstimewaSebuah hasil penelitian terbaru mengungkapkan, paparan polusi udara meningkatkan kemungkinan bayi lahir dengan berat badan rendah. Namun, kondisi tersebut bisa dikurangi risikonya jika ibu hamil tinggal di tempat yang lebih hijau.
Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dengan berat badan lahir rendah memiliki risiko lebih tinggi terkena asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) seiring bertambahnya usia.
Studi terbaru ini menyoroti pentingnya mengurangi polusi dan meningkatkan ruang hijau di daerah pemukiman demi kesehatan generasi mendatang. Temuan ini dipublikasikan di BMC Medicine.
Para peneliti menggunakan data dari studi Respiratory Health in Northern Europe (RHINE), yang berisi informasi mengenai 4.286 anak dan ibu mereka. Penelitian ini mengukur tingkat kehijauan area menggunakan citra satelit dan polusi di area tersebut dalam hal lima polutan: nitrogen dioksida, ozon, karbon hitam, dan dua jenis materi partikulat (PM2.5 dan PM10).
Tim peneliti membandingkan berat lahir anak-anak yang lahir dari ibu hamil yang terpapar berbagai tingkat polusi dan menemukan bahwa tingkat polusi udara yang lebih tinggi berhubungan dengan berat lahir yang lebih rendah. Rata-rata penurunan berat badan lahir adalah 56g, 46g, 48g dan 48g untuk PM2.5, PM10, nitrogen dioksida dan karbon hitam.
"Waktu ketika bayi tumbuh di dalam rahim sangat penting untuk perkembangan paru-paru. Kita tahu bahwa bayi dengan berat lahir lebih rendah rentan terhadap infeksi dada, dan ini dapat menyebabkan masalah seperti asma dan PPOK di kemudian hari," kata Robin Mzati Sinsamala, yang mempresentasikan penelitian ini di Kongres Internasional Masyarakat Pernapasan Eropa di Italia, dikutip dari Medical Daily, Selasa (12/9).
"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa wanita hamil yang terpapar polusi udara, bahkan pada tingkat yang relatif rendah, melahirkan bayi yang lebih kecil. Mereka juga menunjukkan bahwa tinggal di daerah yang lebih hijau dapat membantu mengatasi efek ini. Bisa jadi area hijau cenderung memiliki lalu lintas yang lebih rendah atau tanaman membantu membersihkan udara dari polusi, atau area hijau bisa berarti lebih mudah bagi wanita hamil untuk aktif secara fisik," tambah Sinsamala.
Profesor Arzu Yorgancio?lu, ketua Dewan Advokasi Masyarakat Pernafasan Eropa, mengatakan bahwa penelitian ini menambah bukti lebih lanjut tentang dampak polusi udara terhadap kesehatan manusia.
"Penelitian ini menambah bukti yang semakin banyak tentang kerusakan yang ditimbulkan oleh polusi udara terhadap kesehatan kita, terutama pada bayi dan anak-anak yang rentan. Wanita yang sedang hamil pasti ingin melindungi bayinya dari potensi bahaya. Namun, sebagai individu, mungkin sulit untuk mengurangi paparan polusi udara atau membuat lingkungan kita menjadi lebih hijau," jelas Yorgancio?lu, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
"Sebagai dokter dan peneliti yang peduli dengan kesehatan anak-anak, kita perlu menekan pemerintah dan pembuat kebijakan untuk menurunkan tingkat polusi di udara yang kita hirup. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kita dapat membantu mengurangi beberapa dampak polusi dengan membuat lingkungan kita lebih hijau," pungkas Yorgancio?lu.
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 3 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 4 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 5 Meluas, KPK Geledah Kantor OJK terkait Penyidikan Dugaan Korupsi CSR BI
Berita Terkini
- Hati Hati, Ada Puluhan Titik Rawan Bencana dan Kecelakaan di Jateng
- Malam Tahun Baru, Ada Pemutaran Film di Museum Bahari
- Kaum Ibu Punya Peran Penting Tangani Stunting
- Trump Tunjuk Produser 'The Apprentice', Mark Burnett, sebagai Utusan Khusus untuk Inggris
- Presiden Prabowo Terbitkan Perpres 202/2024 tentang Pembentukan Dewan Pertahanan Nasional