Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 21 Jan 2025, 06:15 WIB

Penaklukan Roman Memperkaya Budaya Aglo Saxon

Foto: Wikimedia Commons

Pada tahun 1066, sekelompok penjajah yang menyeberangi Selat Inggris dan mengalahkan Inggris dalam Pertempuran Hastings. Dipimpin oleh William Sang Penakluk, serbuan itu mengalahkan dan membunuh Raja Harold dari Anglo-Saxon.

1737387045_d2cefb3343aba1d0ab32.jpg

Halaman asli dari Anglo-Saxon Chronicle, abad ke-10. Sumber: The British Library

Orang-orang Norman mendefinisikan dirinya berakar budaya Viking dan Prancis. Hal pertama yang dilakukan bangsa Norman setelah mereka menaklukkan Inggris adalah menyesuaikan kembali cara negara memerintah termasuk juga budaya.

Salah satu perubahan terbesar yang terjadi di Inggris setelah penaklukan Norman adalah pergeseran bahasa. Bahasa Anglo-Saxon, yang sering disebut sebagai Bahasa Inggris Kuno, adalah bahasa Jermanik, sementara orang Norman berbicara dengan dialek Bahasa Prancis, yang berakar dari bahasa Romawi.

Meskipun orang Norman berasal dari Denmark dan Norwegia, mereka mengadopsi dan memadukan budaya Prancis setelah menetap di Normandia. Ketika itu para bangsawan dan kelas menengah berbicara Bahasa Prancis, sedangkan rakyat biasa tetap berbicara Bahasa Inggris.

Hal ini tercermin dalam budaya Inggris hingga saat ini karena Bahasa Prancis dianggap sebagai bahasa budaya. Frasa Bahasa Prancis tersebar di seluruh percakapan Bahasa Inggris untuk membuat pembicara tampak lebih terpelajar.

Namun, dampak linguistik terbesar adalah penambahan ribuan kata Bahasa Prancis ke dalam leksikon Bahasa Inggris. Meskipun sulit untuk dipastikan, diperkirakan bahwa antara 40 persen dan 50 persen kata Bahasa Inggris yang digunakan saat ini berakar dari Bahasa Prancis.

Penggunaan kata-kata yang berakar dari Bahasa Prancis meningkat di dunia akademis, yang menunjukkan pentingnya budaya Inggris dalam memandang Bahasa Prancis dibandingkan dengan Bahasa Inggris Kuno.

Contoh kesenjangan budaya yang ditunjukkan oleh bahasa adalah kesenjangan hewan dan produk daging. Saat ini, hewan ternak disebut dengan akar Anglo-Saxon (cow, sheep, pig), tetapi ketika hewan-hewan ini mencapai piring dan siap untuk dimakan kata-katanya menjadi berubah.

1737386832_3b5c0e5aae2ff35bb638.jpg

Foto: HO / crossrail / AFP

Seperti yang dialami oleh kaum elit Norman, kata-kata yang berakar dari bahasa Prancis digunakan beef, mutton, dan pork. Ketiganya berasal dari bahasa Prancis boeuf, mouton, dan porc, yang merupakan kata-kata Prancis untuk hewan, serta daging yang berasal darinya.

Tidak diragukan lagi bahwa penaklukan Norman memiliki dampak besar pada Inggris dan masyarakat Inggris. Tidak hanya budaya baru yang diperkenalkan, tetapi budaya baru yang diperkenalkan itulah yang berkuasa. Namun demikian, ketika orang-orang Norman mengubah Inggris, demikian pula Inggris mengubah orang-orang Norman.

Kesenjangan budaya dengan cepat menghilang saat orang Norman menikah dan memiliki anak dengan orang Anglo-Saxon. Bahasa Inggris perlahan menggantikan bahasa Prancis sebagai bahasa kaum bangsawan dan administrasi. Pada tahun 1362, bahasa Inggris digunakan di parlemen.

Beberapa kata Prancis diserap untuk memberi kesan lebih halus dan terpelajar. Contohnya omnipotent untuk almighty, astonish untuk amaze, fraternity untuk brotherhood, flower untuk blossom, autumn untuk fall, pardon untuk forgive, chamber untuk room, conceive untuk think, support untuk uphold, forest untuk woodland, valuable untuk worthy.  hay

Redaktur: Haryo Brono

Penulis: -

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.