Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pelanggaran Beragama Naik

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Inilah yang sebenarnya menjadi sumber permasalahan: di satu sisi ada ketidakmampuan negara dalam mengelola ruang publiknya. Di sisi lain, ada anggota bangsa yang merasa paling memiliki otoritas untuk mengatur dan mendominasi ruang publik.

Bahkan pesan-pesan keagamaan yang sejuk, kini dengan tafsir tertentu justru diubah menjadi pesan provokatif. Ini akan membuat hati dan telinga orang yang berada di dalam ruang publik, di dalam rumah Indonesia, merasa tidak nyaman lagi. Ajang mencari pemimpin, entah pilpres atau pilkada, justru makin disesaki pesan provokatif karena menguatnya politik identitas yang mengeksploitasi suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).

Dalam sikon demikian, semua elemen bangsa perlu mengembangkan lagi penghargaan dan toleransi sejati terhadap perbedaan. Menurut almarhum Nurcholish Madjid, kita perlu mengembangkan sikap inklusif yang penuh rendah hati dengan menghindari sikap eksklusif yang arogan. Bertoleransi dengan lapang hati. Itulah yang harus kita perjuangkan agar kebebasan beragama tak dilanggar. Dengan demikian Indonesia tetap menjadi rumah bagi semua.

Oleh sebab itu, demi penghargaan pada martabat manusia dan HAM, kebebasan beragama harus sungguhsungguh dijamin negara dan dihormati warganya. Memang secara umum iklim kebebasan beragama di negeri ini mungkin sudah relatif cukup baik. Namun peningkatan kasus pelanggaran kebebasan beragama seperti tadi harus menjadi perhatian semua.Penulis Lulusan University of Birmingham

Komentar

Komentar
()

Top