PBB: Siklus Air Dunia Makin Tak Terduga
Sekretaris Jenderal WMO, Celeste Saulo
Foto: AFP/Fabrice COFFRINIJENEWA - Banjir dan kekeringan yang semakin parah merupakan tanda bahaya dari apa yang akan terjadi seiring perubahan iklim yang membuat siklus air di planet ini semakin tidak dapat diprediksi, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Senin (7/10).
Tahun lalu sungai-sungai di dunia mengalami kondisi terkering selama lebih dari 30 tahun, gletser mengalami kehilangan massa terbesar dalam setengah abad dan juga terjadi banjir dalam jumlah signifikan, kata Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB dalam sebuah laporan.
"Air adalah tanda bahaya perubahan iklim," kata Sekretaris Jenderal WMO, Celeste Saulo, dalam sebuah pernyataan yang menyertai Laporan Keadaan Sumber Daya Air Global.
Saulo mengatakan pemanasan atmosfer Bumi telah membuat siklus air semakin tidak menentu dan tidak dapat diprediksi, dan kita semua menghadapi masalah yang semakin besar berupa terlalu banyak atau terlalu sedikit air.
Tahun lalu pun merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat. Suhu tinggi dan kondisi kering yang meluas mengakibatkan kekeringan yang berkepanjangan. Selain itu ada pula banyak banjir terjadi di seluruh dunia.
Pencairan Gletser
Saat ini, 3,6 miliar orang tidak memiliki akses yang memadai terhadap air bersih setidaknya sekali sebulan dalam setahun, menurut PBB. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi lima miliar pada tahun 2050.
Selama tiga tahun terakhir, lebih dari 50 persen daerah aliran sungai lebih kering dari biasanya.
Meningkatnya suhu juga menyebabkan gletser mencair pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan gletser kehilangan lebih dari 600 gigaton air yang merupakan yang terburuk dalam 50 tahun pengamatan, menurut data awal untuk September 2022 hingga Agustus 2023.
"Es dan gletser yang mencair mengancam keamanan air jangka panjang bagi jutaan orang. Namun, kita tidak mengambil tindakan segera yang diperlukan," kata Saulo.
Selain mengekang emisi gas rumah kaca buatan manusia yang menyebabkan pemanasan global, PBB ingin sumber daya air tawar dunia dipantau dengan lebih baik, sehingga sistem peringatan dini dapat mengurangi kerusakan pada manusia dan satwa liar yang bergantung padanya untuk bertahan hidup. AFP/I-1
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 3 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 4 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
- 5 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
Berita Terkini
- Status Pailit Sritex, Berikut Penjelasan BNI
- Arab Saudi: Habis Minyak Bumi, Terbitlah Lithium
- Misi Terbaru Tom Cruise: Sabotase Pasukan Jerman!
- AirNav Pastikan Kelancaran Navigasi Penerbangan Natal dan Tahun Baru 2024/2025
- Sambut Natal 2024, Bank Mandiri Bagikan 2.000 Paket Alat Sekolah hingga Kebutuhan Pokok di Seluruh Indonesia