PBB Berupaya Atasi Ketidakpastian Masa Depan Umat Manusia
Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva berpidato selama ‘KTT Masa Depan’ di sela-sela Sidang Umum PBB, pada Minggu (22/9).
Foto: ISTIMEWANEW YORK - Negara-negara anggota PBB mengadopsi cetak biru untuk masa depan yang ditujukan mengatasi berbagai perang, ancaman lingkungan, dan tantangan teknologi yang dihadapi umat manusia, dipuji oleh organisasi tersebut sebagai terobosan, tetapi dikecam oleh para kritikus sebagai tidak ambisius.
Dikutip dari Dawn, pada Minggu (22/9), Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, yang memperjuangkan Pakta untuk Masa Depan dan komponen-komponennya, menyebutnya sebagai perjanjian penting. Sebuah langkah perubahan menuju multilateralisme yang lebih efektif, inklusif, dan berjejaring.
Sebagai pembukaan pekan tingkat tinggi tahunan Majelis Umum PBB, yang dimulai pada hari Selasa, puluhan kepala negara dan pemerintahan berkumpul untuk adopsi tersebut, yang menghadapi pertentangan pada menit-menit terakhir dari Russia dan sekutu-sekutunya.
Para pemimpin berjanji untuk memperkuat sistem multilateral guna mengimbangi perubahan dunia dan melindungi kebutuhan dan kepentingan generasi saat ini dan masa depan yang menghadapi krisis yang terus-menerus. Kami percaya ada jalan menuju masa depan yang lebih cerah bagi seluruh umat manusia.
Pakta tersebut menguraikan 56 tindakan, termasuk komitmen terhadap multilateralisme, menegakkan Piagam PBB, dan menjaga perdamaian. Ia juga menyerukan reformasi terhadap lembaga keuangan internasional dan Dewan Keamanan PBB, bersamaan dengan upaya baru untuk memerangi perubahan iklim, mendorong pelucutan senjata, dan mengarahkan pengembangan kecerdasan buatan.
Menghindari Duplikasi
Pengadopsian teks tersebut menghadapi penundaan singkat ketika wakil menteri luar negeri Russia, Sergey Vershinin, memperkenalkan amendemen yang menekankan prinsip tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain, dan mendesak PBB untuk menghindari upaya duplikasi.
Keberatan Russia didukung oleh sekutu Belarus, Korea Utara, Iran, Nikaragua, dan Suriah, tetapi amendemennya ditolak dengan suara bulat dalam mosi untuk tidak mengambil tindakan.
"Agak menjengkelkan, pada akhirnya Russia sekali lagi mencoba menghentikan seluruh proses dan tidak ingin menempuh jalan yang telah ditempuh seluruh dunia," kata Kanselir Jerman, Olaf Scholz, salah satu sponsor teks tersebut, setelah pengesahan.
Disahkannya teks tersebut tidak pernah menjadi jaminan, dan sumber-sumber mengatakan Guterres telah menyiapkan tiga versi terpisah dari pidatonya untuk kemungkinan hasil pemungutan suara.
Selama fase negosiasi, Sekretaris Jenderal PBB telah mendesak negara-negara untuk menunjukkan visi dan keberanian, menyerukan ambisi maksimal untuk memperkuat lembaga-lembaga internasional yang berjuang untuk menanggapi ancaman-ancaman saat ini secara efektif.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 3 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 4 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
- 5 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
Berita Terkini
- Status Pailit Sritex, Berikut Penjelasan BNI
- Arab Saudi: Habis Minyak Bumi, Terbitlah Lithium
- Misi Terbaru Tom Cruise: Sabotase Pasukan Jerman!
- AirNav Pastikan Kelancaran Navigasi Penerbangan Natal dan Tahun Baru 2024/2025
- Sambut Natal 2024, Bank Mandiri Bagikan 2.000 Paket Alat Sekolah hingga Kebutuhan Pokok di Seluruh Indonesia