Paus Peringatkan Efek Domino dari Perang
Paus Fransiskus
Foto: AFP/Filippo MONTEFORTENUR-SULTAN - Pemimpin Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus, pada Kamis (15/9) menyatakan kekhawatiran atas munculnya efek domino konflik pada hubungan internasional dan mendesak para pemimpin menahan diri dari penghasutan perang. Hal itu diutarakan Paus Fransiskus pada akhir KTT ke-7 Pemimpin Dunia dan Agama Tradisional yang dilaksanakan di Nur-Sultan, Kazakhstan.
"Perdamaian sangat mendesak karena setiap konflik militer atau pecahnya ketegangan dan konfrontasi hari ini, bisa memiliki efek domino yang merugikan dan mengancam sistem hubungan internasional," kata Paus Fransiskus, 85 tahun.
Kongres ke-7 Pemimpin Dunia dan Agama Tradisional merupakan pertemuan lintas agama yang diadakan setiap tiga tahun sekali yang mempertemukan sekitar 100 delegasi dari 50 negara.
Sejak didirikan pada 2003, forum internasional tersebut telah menjadi contoh yang baik tentang bagaimana orang berkumpul menjadi satu, terlepas dari perbedaan mereka.
Mereka yang menghadiri forum dua hari di Nur-Sultan ini termasuk imam besar Al-Azhar, lembaga tertinggi Islam Sunni.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Kazakhstan sendiri adalah peristiwa yang sangat penting yang memiliki implikasi spiritual dan politik, karena Paus Fransiskus memiliki otoritas tinggi di seluruh dunia mengingat suaranya yang kerap didengar ketika dia berbicara isu perang, kemiskinan, ketidaksetaraan.
Saat Paus Fransiskus baru tiba di Kazakhstan pada Selasa (13/9) dan bertemu dengan Presiden Kassym-Jomart Tokayev, ia segera menyerukan peningkatan upaya diplomatik untuk mempromosikan dialog, yang diperlukan di tengah ketegangan geopolitik saat ini.
Dalam pernyataan terakhir Kongres ke-7 Pemimpin Dunia dan Agama Tradisional, pertemuan tersebut mendesak agar para pemimpin untuk meninggalkan semua retorika agresif dan destruktif yang mengarah pada destabilisasi dunia, dan untuk menghentikan konflik dan pertumpahan darah.
Namun, deklarasi 35 poin itu tidak merujuk pada konflik yang berlangsung hampir tujuh bulan di Ukraina.
Perlindungan Perempuan
Pernyataan itu juga menyatakan dukungan untuk melindungi hak dan martabat perempuan serta meningkatkan status sosial mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat yang setara.
Terkait hal ini, Paus Fransiskus membuat seruan pribadi bagi kaum perempuan untuk diberi peran dan tanggung jawab yang lebih besar.
"Berapa banyak kematian yang bisa dihindari jika perempuan menjadi pusat pengambilan keputusan!" ucap Paus Fransiskus. "Mari kita berupaya agar mereka lebih dihormati, diakui, dan terlibat," imbuh dia.
Sejak terpilih sebagai pemimpin Gereja Katolik Roma pada 2013, Paus Fransiskus telah menunjuk lebih banyak perempuan untuk posisi senior dalam pemerintahan Vatikan, tetapi tidak ada di antara mereka yang memiliki jabatan setingkat menteri.
Dari sekitar 80 perwakilan yang duduk mengelilingi meja bundar yang luas di Istana Kemerdekaan di Nur-Sultan, hanya setengah lusin perwakilan yang hadir dalam Kongres ke-7 Pemimpin Dunia dan Agama Tradisional adalah kaum perempuan. AFP/Ant/I-1
Berita Trending
- 1 Ini Gagasan dari 4 Paslon Pilkada Jabar untuk Memperkuat Toleransi Beragama
- 2 Irwan Hidayat : Sumpah Dokter Jadi Inspirasi Kembangkan Sido Muncul
- 3 Trump Menang, Penanganan Krisis Iklim Tetap Lanjut
- 4 Jerman Percaya Diri Atasi Bosnia-Herzegovina
- 5 Disbun Kaltim Fasilitasi Alih Fungsi Lahan Tambang Menjadi Perkebunan
Berita Terkini
- Libas Irlandia 5-0, Inggris Dipastikan ke Liga A Musim Depan
- Senin Pagi, Kualitas Udara Jakarta Terburuk ke-17 di Dunia
- Jam Saku Kapten Kapal yang Menyelamatkan 700 Penumpang Titanic Terjual £1,56 juta
- Timnas Belgia Ditaklukkan Israel dengan Skor Tipis 0-1
- Presiden Prabowo Upayakan Kunjungi Negara-negara Timur Tengah