Parlemen Iran Setujui Semua Calon Menteri Kabinet yang Diajukan Presiden Pezeshkian
Presiden Iran Masoud Pezeshkian berpidato di depan parlemen.
Tehran - Parlemen Iran pada Rabu menyetujui semua calon menteri yang diajukan PresidenMasoud Pezeshkian.
Ke-19 calon anggota kabinet tersebut menerima mosi percaya dari lembaga legislatif tertinggi negara itu.
Pezeshkian, mantan anggota parlemen reformis dan menteri kesehatan, mengalahkan saingannya yang konservatif, Saeed Jalili, dalam pemilihan putaran kedua pada 6 Juli.
Kemenangan itu menandai kembalinya faksi reformis ke tampuk kekuasaan.
Presiden berusia 69 tahun itu secara resmi dilantik pada 31 Juli di depan pejabat tinggi pemerintah dan tamu kehormatan dari sedikitnya 70 negara.
Di antara mereka yang disetujui masuk kabinet adalah Abbas Araghchi, yang akan menjabat menteri luar negeri (menlu).
Mantan wakil menlu pada pemerintahan Hassan Rouhaniitu akan menggantikan Hossein Amir-Abdollahian, yang tewas dalam kecelakaan pesawat pada 19 Mei.
Kecelakaan itu juga merenggut nyawa Presiden Ebrahim Raisi dan pejabat tinggi lainnya.
Sejak 10 hari lalu, Pezeshkian mengajukan calon-calon menterinya kepada parlemen yang didominasi faksi konservatif.
Pengajuan itu dilanjutkan dengan diskusi intensif, di mana para calon mempresentasikan rencana kerja mereka.
Presiden Pezeshkian juga hadir di parlemen untuk membela calon anggota kabinetnya.
Menjelang pemungutan suara pada Rabu, Pezeshkian meminta parlemen menyetujui para calon pembantunya, yang sebagian besar adalah reformis. Dia menekankan "kepaduan dan persatuan."
Dia juga menegaskan bahwa semua faksi politik Iran harus "bergandengan tangan" dan "mengesampingkan perbedaan masa lalu."
Menurut dia, situasi saat ini lebih menantang daripada perang melawan Irak pada 1980-an.
Pezeshkiansebelumnya berjanji untuk membuka kembali saluran komunikasi dengan Barat, termasuk Amerika Serikat, demi pencabutan sanksi.
Namun, pembunuhan Ismail Haniyeh, ketua biro politik kelompok perlawanan PalestinaHamas, di Teheran bulan lalu telah memicu kembali ketegangan dengan Barat.
Ketika dibunuh,Haniyehtengah berada di ibu kota Iran itu untuk menghadiri pelantikan Pezeshkian.
Iran menyalahkan Israel dan AS atas serangan tersebut.
Redaktur : Marcellus Widiarto
Komentar
()Muat lainnya