Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Paramedis India Serukan Mogok Nasional atas Pemerkosaan dan Pembunuhan Seorang Dokter

Foto : Istimewa

Menurut National Crime Records Bureau, ada lebih dari 31.000 kasus pemerkosaan yang dilaporkan di India pada tahun 2022, tahun terakhir di mana data tersedia.

A   A   A   Pengaturan Font

NEW DELHI - Para dokter di India pada Jumat (16/8), menyerukan penutupan layanan rumah sakit secara nasional sebagai bentuk kemarahan publik atas pemerkosaan dan pembunuhan seorang dokter magang di Kolkata, India timur, minggu lalu.

The Indian Medical Association (IMA), asosiasi tenaga medis terbesar di negara itu dengan 400.000 anggota, mengatakan penutupan selama 24 jam dilaksanakan pada hari Sabtu (167/8), yang memengaruhi sebagian besar departemen rumah sakit kecuali untuk layanan darurat.

Penutupan tersebut terjadi setelah ribuan orang turun ke jalan di beberapa kota untuk mengekspresikan kemarahan mereka atas pemerkosaan dan pembunuhan seorang dokter magang berusia 31 tahun, yang dianiaya dan jasadnya ditemukan pada tanggal 9 Agustus di Rumah Sakit dan Perguruan Tinggi Kedokteran RG Kar milik pemerintah di Kolkata.

Pada hari Jumat, protes besar diadakan di berbagai kota, termasuk Kolkata, ibu kota negara bagian Benggala Barat, Mumbai di barat dan Hyderabad di India selatan - menuntut keadilan dan keamanan yang lebih baik di kampus medis dan rumah sakit.

"Kami menginginkan keadilan," teriak para dokter di Kolkata, sambil melambaikan plakat tulisan tangan yang berbunyi, "Tidak ada keamanan, tidak ada layanan!"

Para demonstran membentangkan spanduk yang menyerukan pertanggungjawaban saat mereka berkumpul di dekat parlemen di New Delhi.

"Dokter, khususnya perempuan, rentan terhadap kekerasan karena sifat profesinya. Pihak berwenang harus menjamin keselamatan dokter di rumah sakit dan kampus," kata IMA dalam pernyataan yang dikeluarkan pada hari Kamis di X.

Beberapa serikat medis baik di sistem pemerintah maupun swasta telah mendukung pemogokan tersebut.

Dokter di sejumlah rumah sakit pemerintah di sejumlah negara bagian menghentikan layanan elektif "tanpa batas waktu" sebagai bentuk protes.

Media India melaporkan bahwa dokter yang dibunuh itu ditemukan di aula seminar rumah sakit pendidikan, yang menunjukkan dia pergi ke sana untuk istirahat sebentar selama shift kerja yang panjang.

Proses itopsi mengonfirmasi adanya serangan seksual. Dokter mengatakan, tindakan pemerkosaan menunjukkan kerentanan petugas medis yang tidak memiliki perlindungan dan fasilitas yang memadai.

Meskipun polisi telah menahan seorang pria yang bekerja di rumah sakit untuk membantu orang melewati antrean panjang, sejumlah pejabat pemerintah negara bagian telah dituduh melakukan kesalahan dalam menangani kasus tersebut.

Pada Rabu malam, rumah sakit tempat dokter magang itu terbunuh diserang. Polisi tidak mengidentifikasi siapa yang berada di balik serangan itu, tetapi mengatakan mereka telah menangkap 19 orang sejauh ini.

Sedikit yang berubah

Menurut National Crime Records Bureau (NCRB), ada lebih dari 31.000 kasus pemerkosaan yang dilaporkan di India pada tahun 2022, tahun terakhir di mana data tersedia.

Pemerkosaan massal dan pembunuhan seorang wanita muda di dalam bus di Delhi, India utara, pada tahun 2012 memicu protes dan kemarahan nasional atas kegagalan negara tersebut dalam mengatasi kekerasan seksual terhadap wanita.

Sekitar waktu serangan tahun 2012, polisi mencatat hingga 25.000 kasus pemerkosaan setahun di seluruh India, data NCRB menunjukkan.

Sejak 2012, pemerintah telah melakukan perubahan besar pada sistem peradilan pidana, termasuk hukuman yang lebih berat dan hukuman mati bagi pelanggar berulang.

Tingkat hukuman atas pemerkosaan berkisar antara 27-28 persen dari tahun 2018-2022, menurut data NCRB.

Definisi pemerkosaan juga telah diperluas untuk mencakup tindakan non-penetrasi dan ambang batas usia untuk persidangan pemerkosaan diturunkan sehingga anak berusia 16 tahun dapat diadili sebagai orang dewasa.

Namun para pegiat mengatakan, hanya sedikit yang berubah meskipun undang-undangnya semakin ketat.

Pengacara pidana Rebecca M John, yang telah mewakili banyak korban pemerkosaan, mengatakan, beberapa pelaku pemerkosaan masih percaya mereka dapat lolos dari kejahatannya.

"Salah satu faktornya adalah tidak adanya rasa takut terhadap hukum," katanya.


Redaktur : Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top