Pangeran Harry Mengaku Bunuh 25 Taliban Saat Perang Afghanistan
Pangeran Harry saat berumur 30 tahun, dua kali ditugaskan di garis depan dalam perang di Afghanistan. Foto diambil 12 Desember 2012 saat melakukan cek sebelum menerbangkan helikopter Apache di Camp Bastion.
Foto: Daily MailLONDON - Pangeran Harry mengaku telah membunuh 25 orang saat menjadi pilot helikopter Apache di Afghanistan, media Inggris pada Kamis (5/1) mengutip otobiografinya yang segera terbit.
Duke of Sussex berusia 38 tahun itu menjalani dua tugas melawan Taliban. Pertama sebagai pengontrol udara yang menyerukan serangan udara pada 2007-2008, kemudian menerbangkan helikopter serang pada 2012-2013.
Dalam buku yang bertitel Spare, yang akan keluar minggu depan, dia mengatakan melakukan enam misi sebagai pilot yang membuatnya "mengambil nyawa manusia", kata Daily Telegraph.
Dia mengatakan tidak bangga atau malu melakukannya dan menggambarkan memusnahkan targetnya seperti mengeluarkan "bidak catur" dari papan.
Pangeran Harry bertugas selama 10 tahun di Angkatan Darat Inggris, naik pangkat menjadi kapten. Ia menggambarkan masa-masanya di militer sebagai tahun pembentukannya.
Perjalanan pertamanya dilakukan di bawah sensor media yang ketat untuk alasan keamanan, yang disetujui oleh media Inggris.Dia terpaksa pulang ketika sebuah media asing melanggar larangan itu.
Dia tidak pernah secara terbuka membahas berapa banyak anggota Taliban yang dia bunuh.
Kamera video yang dipasang di hidung helikopter Apache memungkinkan dia menilai misinya - dan menentukan dengan pasti berapa banyak target yang telah dia bunuh.
"Nomor saya 25. Itu bukan angka yang membuat saya puas, tapi juga tidak membuat saya malu," tulisnya.
Dia membenarkan tindakannya karena ingatannya tentang serangan 9/11 di Amerika Serikat, dan setelah bertemu dengan keluarga korban.
Mereka yang bertanggung jawab dan simpatisannya adalah "musuh kemanusiaan" dan melawan mereka adalah tindakan balas dendam atas kejahatan terhadap kemanusiaan, katanya.
Pangeran Harry sejak itu menyuarakan keprihatinan tentang keamanannya, bukan hanya karena status kebangsawanannya tetapi juga karena waktunya untuk melawan ekstremis Islam.
The Telegraph mengutip kutipan dari otobiografi versi Spanyol yang diperoleh setelah dijual secara tak sengaja di toko buku pada Kamis sebelum akhirnya ditarik.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: AFP
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 3 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 4 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 5 Meluas, KPK Geledah Kantor OJK terkait Penyidikan Dugaan Korupsi CSR BI
Berita Terkini
- Hati Hati, Ada Puluhan Titik Rawan Bencana dan Kecelakaan di Jateng
- Malam Tahun Baru, Ada Pemutaran Film di Museum Bahari
- Kaum Ibu Punya Peran Penting Tangani Stunting
- Trump Tunjuk Produser 'The Apprentice', Mark Burnett, sebagai Utusan Khusus untuk Inggris
- Presiden Prabowo Terbitkan Perpres 202/2024 tentang Pembentukan Dewan Pertahanan Nasional