Panama Menjadi Negara Amerika Latin Pertama yang Meninggalkan "The Belt and Road Initiative"
Menlu AS, Marco Rubio, saat berkunjung ke Panama City, Minggu (2/2).
Foto: IstimewaPANAMA CITY - Presiden Panama,José Raúl Mulino, baru-baru ini mengatakan negaranya tidak akan memperbarui perjanjiannya dengan Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok atau "The Belt and Road Initiative", menyusul kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, sebuah langkah yang akan menjadikannya negara Amerika Latin pertama yang meninggalkan inisiatif tersebut.
Dikutip dari The Washington Free Beacon ,
Mulino, yang berbicara kepada wartawan pada hari Minggu setelah perjalanan luar negeri pertama Rubio sebagai diplomat tertinggi Amerika, mengatakan ia yakin perjanjian tersebut akan diperbarui dalam satu atau dua tahun. Ia mengatakan akan mempelajari "apakah perjanjian itu dapat diselesaikan lebih awal atau tidak."
Berita ini merupakan pukulan bagi Beijing, yang memandang Panama sebagai hal yang penting bagi upaya pengaruh asingnya di Belahan Bumi Barat. Perusahaan-perusahaan Tiongkok mengoperasikan pelabuhan di dekat Terusan Panama, yang dimiliki dan dioperasikan oleh Amerika Serikat hingga memindahkan kendali ke Panama pada tahun 1999.
Setelah pertemuannya dengan Mulino, Rubio mengatakan Amerika Serikat "tidak bisa, dan tidak akan, membiarkan Partai Komunis Tiongkok melanjutkan kontrolnya yang efektif dan terus berkembang atas wilayah Terusan Panama."
Brasil juga mempertimbangkan untuk bergabung dengan Prakarsa Sabuk dan Jalan akhir tahun lalu, yang menandakan keinginan untuk bersekutu dengan Partai Komunis Tiongkok. Namun, negara itu segera membatalkan rencana tersebut, karena para pejabat menyatakan khawatir akan penandatanganan perjanjian jangka panjang dengan Beijing. Sementara itu, pada akhir tahun 2023, Italia menjadi negara Eropa pertama yang keluar dari prakarsa tersebut, dengan alasan bahwa kesepakatan itu tidak banyak membantu meningkatkan ekspor negara itu ke Tiongkok.
Panama adalah negara Amerika Latin pertama yang bergabung dengan Prakarsa Sabuk dan Jalan dan kini menjadi negara pertama yang menarik diri darinya. Prakarsa tersebut berupaya menyebarkan pengaruh Tiongkok ke seluruh dunia melalui investasi publik dari Beijing. Keputusan Panama untuk meninggalkan prakarsa tersebut membalikkan "keuntungan geopolitik Partai Komunis Tiongkok di belahan bumi kita sendiri," kata Michael Sobolik, analis Tiongkok veteran di lembaga pemikir Hudson Institute.
"Orang Amerika harus menyambut baik pencapaian ini, dan setiap mitra BRI di Amerika Latin harus mengikuti contoh Panama," katanya kepada Washington Free Beacon .
Mauricio Claver-Carone, utusan khusus AS untuk Amerika Latin, mengatakan Rubio "secara efektif memulihkan kredibilitas Amerika pada pemberhentian pertamanya dalam perjalanan luar negeri pertamanya sebagai Menteri Luar Negeri."
Redaktur: Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Pemerintah Konsisten Bangun Nusantara, Peluang Investasi di IKN Terus Dipromosikan
- 2 Kejati Selidiki Korupsi Operasional Gubernur
- 3 Presiden Prabowo Meminta TNI dan Polri Hindarkan Indonesia jadi Negara yang Gagal
- 4 Lestari Moerdijat: Tata Kelola Pemerintahan Daerah yang Inklusif Harus Segera Diwujudkan
- 5 Pertamina Siapkan Akses Titik Pangkalan Resmi Pembelian LPG 3 Kg Terdekat
Berita Terkini
- Dokter Paru: Penyebab Kematian Barbie Hsu Patut Ditelusuri
- Harga Eceran Elpiji Melonjak, Warga Pedalaman Lebak Gunakan Kayu Bakar untuk Memasak
- Tiga Orang Tewas dan Satu Wartawan Hilang di Ternate Akibat Speedboat Basarnas Meledak
- Spotify Hadirkan Pameran Taylor Swift di Jakarta
- Pameran Taylor Swift di Jakarta, Manila, dan Seoul Dihadirkan oleh Spotify