Korea Utara Geram Disebut Negara Jahat oleh Menlu AS Marco Rubio
Marco Rubio.
Foto: PoliticoSEOUL - Korea Utara mengecam Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio karena menyebut negaranya sebagai "negara jahat", dan mengatakan komentar yang dibuat Rubio itu "omong kosong".
Dalam kecaman publik pertama Pyongyang terhadap pemerintahan baru Trump, juru bicara Kementerian Luar Negeri mengatakan bahwa negara bersenjata nuklir itu "tidak akan pernah menoleransi provokasi apa pun dari AS".
Korea Utara "akan mengambil tindakan balasan yang keras" terhadap tindakan AS apa pun, menurut pernyataan yang dimuat di layanan berita pemerintah KCNA.
Komentar tersebut muncul setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan akan "menghubungi" pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Sebelumnya, pada masa jabatan pertamanya, Trump bertemu dengan kim.
Dalam wawancara radio baru-baru ini, Rubio menyebut Korea Utara dan Iran sebagai "negara jahat" yang "harus Anda hadapi" saat membuat keputusan kebijakan luar negeri.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri menepis pernyataan "omong kosong" Rubio, yang "tanpa berpikir panjang mencoreng citra negara berdaulat dan menganggapnya sebagai provokasi politik yang serius".
Komentar Rubio "bukan hal baru" dan "akan lebih mengejutkan jika dia mengatakan (sebuah) hal baik tentang DPRK", katanya menggunakan akronim resmi untuk Korea Utara.
Menurut analis Hong Min, pernyataan Pyongyang memiliki "bobot yang signifikan" karena dikeluarkan oleh level kementerian luar negeri
“Pernyataan itu menariknya merupakan sinyal yang beragam,” kata Hong, seorang analis senior di Institut Korea untuk Penyatuan Nasional.
"Meskipun secara lahiriah mengkritik AS, pernyataan itu secara halus menguraikan harapan Korea Utara. Intinya, pernyataan itu memberikan panduan tentang bagaimana Korea Utara berharap pemerintahan Trump akan mendekati diplomasi ke depannya," katanya kepada AFP.
Program senjata nuklir Korea Utara telah menjadi duri dalam daging bagi Amerika Serikat selama bertahun-tahun.
Trump, pada bulan Januari mengatakan akan menghubungi pemimpin Korea Utara itu lagi, sambil menyebut Kim sebagai "orang pintar".
Pertemuan puncak antara keduanya di Hanoi gagal pada tahun 2019 karena pembicaraan mengenai pencabutan sanksi dan apa yang Pyongyang bersedia korbankan sebagai imbalannya.
Minggu lalu, meskipun Trump telah berupaya keras secara diplomatik, Korea Utara mengatakan program nuklirnya akan terus berlanjut "tanpa batas".
Berita Trending
- 1 Pemerintah Konsisten Bangun Nusantara, Peluang Investasi di IKN Terus Dipromosikan
- 2 Kejati Selidiki Korupsi Operasional Gubernur
- 3 Presiden Prabowo Meminta TNI dan Polri Hindarkan Indonesia jadi Negara yang Gagal
- 4 Lestari Moerdijat: Tata Kelola Pemerintahan Daerah yang Inklusif Harus Segera Diwujudkan
- 5 Pertamina Siapkan Akses Titik Pangkalan Resmi Pembelian LPG 3 Kg Terdekat
Berita Terkini
- Buka Posko Pengadukan, Kajati Ponco Ajak Masyarakat Awasi Pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis
- Tarif Air Perpipaan Kota Bandung Naik 20 Persen Berdampak bagi Inflasi
- Dukung Asta Cita, Kajati Ponco Awasi Program Makan Bergizi Gratis di Jawa Tengah
- Tayang 6 Februari 2025, Film Petaka Gunung Gede Angkat Kisah Nyata yang Sempat Viral
- Simak! Ini 7 Strategi Trading Selama Periode Konsolidasi Pasar yang Harus Diketahui