Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 16 Jun 2020, 01:00 WIB

Misteri Patung Batu di Pulau Paskah

Foto: istimewa

Pulau Paskah yang berada di Negara Chile menyimpan sebuah misteri yang mendunia. Bahkan misteri tersebut menjadikannya pulau tersebut sebagai tempat warisan dunia. Misteri yang dimaksud adalah patung kepala dari batu yang menjulang tinggi. Patung-patung itu merupakan peninggalan masa lalu di Pulau Paskah yang sejak lama membingungkan para peneliti.
Secara geografis Pulau Paskah adalah sebuah pulau di Chile di sebelah tenggara Samudera Pasifik, bagian paling Tenggara Segitiga Polinesia. Yang sangat dikenal di sana, ada 887 patung-patung monumental, disebut Moai, diciptakan pada masa awal Rapa Nui sebutan Pulau Paskah dalam bahasa lokal.

Moai, pada masa Rapa Nui yang misterius itu berdiri kokoh dalam diam, tapi bercerita banyak tentang penciptaan mereka. Balok batu diukir berbentuk kepala, tinggi rata-rata mereka sekitar 4 sampai 20 meter, dengan berat luar biasa, 14 ton. Membangun patung ini, meletakkannya di sekitar Pulau Paskah, pastilah membutuhkan sebuah upaya yang sangat besar. Namun, tak ada yang tahu persis apa alasan pendatang di Rapa Nui mengerjakan tugas berat itu. Ahli sejarah berspekulasi, Moai diciptakan untuk menghormati leluhur, kepala, dan tokoh penting lain. Untuk menghargai nenek moyang mereka, penduduk Easter Island membangun sebuah patung yang bernama Moai.

Mengapa patung-patung itu berada di tempat mereka berdiri sekarang memang menjadi pertanyaan para peneliti sejak lama. Belakangan satu misteri mengenai patung-patung batu itu mulai bisa dipecahkan. Penelitian terbaru menyebutkan, orang-orang Rapa Nui menempatkan patung-patung itu di dekat salah satu sumber daya alam yang paling penting bagi manusia yaitu air tawar.
Para arkeologi mempelajari lokasi patung atau moai dan wahana tempat berdiri patung-patung itu yang dikenal sebagai ahu. Menurut catatan sejarah, pelaut Polinesia tiba pertama kali di Rapa Nui sekitar 900 tahun yang lalu. Mereka lalu membangun lebih dari 300 ahu dan hampir 1.000 moai yang diyakini mewakili leluhur.

Profesor Antropologi Brighamton University, New York, Carl Lipo mengatakan, pengetahuan itu akan mengungkap sesuatu tentang bagaimana orang-orang awal Rapa Nui menggunakan lanskap yang mereka anggap penting. Para peneliti dari enam institusi AS mengisolasi area timur Rapa Nui yang terdapat 93 ahu. Mereka menganalisis sumber daya alam dekat ahu dengan fokus kebun tempat tanaman seperti ubi jalar ditanam, sumber daya laut termasuk tempat memancing, dan sumber air tawar.

Hasilnya tidak ada korelasi yang signifikan antara lokasi ahu dan keberadaan kebun di dekatnya. Hal itu menunjukkan jika ahu bukanlah diciptakan untuk memantau atau tanda sebuah kebun. Sementara itu, sumber daya laut dan sumber air tawar ditemukan di dekat Ahu. Para peneliti kemudian menyimpulkan bahwa sumber air tawarlah yang terpenting. Air tawar jauh lebih sedikit tersedia di pulau ini.
Tim peneliti memetakan pulau yang tidak memiliki aliran atau mata air sebagai sumber air tawar tersebut. Mereka menemukan jika sumber air muncul dari bawah tanah di daerah sepanjang pantai melalui proses yang disebut sebagai pembuangan air tanah. "Air tawar benar-benar keluar tepat di antara pantai dan lautan dalam aliran. Kami melihat kuda-kuda minum dari laut dan ternyata mereka tahu persis di mana air tawar keluar," tulis Prof. Lipo.

Pulau Paskah, disebut Rapa Nui oleh penduduk asli Polinesia, UNESCO menamai Pulau Paskah sebagai situs warisan dunia pada 1995. Ada banyak pulau yang dilindungi di dalam Taman Nasional Rapa Nui.
.ars

Redaktur:

Penulis:

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.