![](https://koran-jakarta.com/img/site-logo-white.png)
Mengulik Keunikan Kampung Dago Pojok
Foto: foto-foto: koran jakarta/teguh rahardjoSetelah perkotaan dibenahi, kini Kota Bandung mulai membenahi perkampungan. Tujuannya tentu untuk meningkatkan animo warga luar Bandung datang dan berlama-lama di perkampungan di kota ini. Kampung menjadi asri, sementara ekonomi warganya pun terangkat dengan menjual aneka produk kreatif bahkan wisata minat khusus, keliling kampung.
Upaya pembangunan kampung sebagai tujuan wisata ini terus digerakan Pemkot Bandung. Wakil Wali Kota Bandung, Oded M. Danial menyatakan banyak kesenian dan budaya yang muncul di perkampungan di Bandung, dan ini harus terus dilestarikan.
Bukan itu saja, pengembangannya pun sudah melibatkan warga setempat mulai dari anak-anak hingga usia lanjut. Tentunya sesuai dengan minat dan "kabisa" warga. Bahkan beberapa kampung sudah rutin menggelar festival unik. Seperti di kawasan Dago Pojok, rutin digelar Festival Seni Rupa Gang. Festival ini biasanya marak menjelang peringatan hari kemerdekaan RI, 17 Agustus.
Hal ini sangat memungkinkan untuk mengembangkan kampung di tengah kota sebagai tujuan kunjungan turis. Oded berpesan, terdapat tiga hal jika lingkungan ingin berkembang. Pertama, jadikan kampung wisata di Dago itu sebagai sebuah institusi yang dikelola dengan baik.
"Hadirnya lokasi ini salah satu eksistensi dan juga sebagai metamorfosis menjadi kampung yang maju. Maka dari itu promosinya harus gencar," tegas Oded.
Kedua, kampung Wisata Kreatif Dago Pojok nantinya mampu memunculkan bibit unggul dari seni rupa Sunda. Lalu yang ketiga, lingkungan bisa berkembang jika perekonomiannya juga berkembang.
Ia pun mengapresiasi usaha warga Dago Pojok dalam menyalurkan bakat seninya dengan mempercantik lingkungannya. Ia berharap, Kampung Kreatif Dago Pojok ini dapat menjadi kampung percontohan bagi kampung lainnya yang ada di Kota Bandung.
Kemampuan Warga yang Multitalenta
Cukup mudah menyambangi kampung kreatif yang warganya sudah memahami pentingnya wisata bagi perekonomian mereka. Susuri jalan Dago hingga sebelum Taman Budaya Jawa Barat atau Dago Teahuise. Sebuah plang papan nama akan menjadi penanda Kampung Dago Pojok ini.
Namanya juga kampung di perkotaan, gang-gang sempit sudah menjadi hal biasa. Namun di situlah keunikan dari Dago Pojok ini. Gang senggol warga menyebutnya, membuat keakraban warganya begitu terasa. Pun bagi orang yang baru datang, termasuk wisatawan. Mereka sudah terbiasa dengan orang baru.
Awalnya upaya membangun kampung ini sebagai kampung wisata dilakukan aktivis seni "mbeling" Rahmat Jabaril. Akhirnya pemerintah Kota Bandung tertarik dan meresmikan kampung Dago Pojok sebagai salah satu kampung wisata, bahkan menjadi yang terpopuler diantara sejumlah kampung wisata yang ada di Bandung.
Kampung ini bisa menjadi unik karena ternyata banyak warga kampungnya yang memiliki kemampuan berkesenian, mulai seni tari hingga melukis. Latar belakang penggagas, yakni Rahmat Jabaril, memang seniman bidang lukis sehingga lebih banyak "kabisa" yang diajarkan berupa melukis mural kepada warga setempat. Nah, lukisan mural di dinding-dinding tembok rumah menjadi pemandangannya.
Mural dengan tema beragam, gambar kadang seadanya namun serasi dengan perpaduan warna yang menyala menyambut siapa saja yang masuk kampung ini. Keluar masuk gang kecil hingga akhirnya kembali lagi ke pintu masuk kampung. Pemadangan mural sudah menjadi hal biasa di kampung ini.
Jika ada pagelaran maka sejumlah aksi warga akan meramaikan acara seperti tari jaipong, wayang, reog, gondang, kacapi suling, celempungan, tarawangsa, serta pencak silat. Hampir setiap hari warga juga berkumpul untuk melatih kemampuan tari dan melukisnya.
Selain itu, pemandangan alam di sekitar Kampung Kreatif Dago Pojok juga tak kalah menarik. Ada bentangan sawah luas, aliran sungai, serta tidak jauh dari kawasan kampung terdapat air terjun.
Setelah resmi sebagai kampung kreatif, banyak pendatang yang ikut melihat-lihat keunikannya. Kampung ini sudah mampu menarik wisatawan baik lokal atau pun turis asing. Hasilnya, ekonomi warga terangkat karena warga dapat menjadi guide dan menjual kerajinan lokal yang dibuat warga setempat.
Menurut Rahmat Jabaril, setiap bulannya, Kampung Dago Pojok dikunjungi dikunjungi sekitar seribu wisatawan, baik dari Bandung atau luar kota bahkan turis asing. Kebanyakan berombongan. Nah, warga dan komunitas Dago Pojok sudah menyediakan paket wisata alam, kesenian tradisional, wisata gang, galeri seni, workshop musik dan tari, serta aktivitas lainnya.
Terkadang wisatawan lokal juga dapat menyaksikan bahkan ikut bergabung dengan anak-anak kampung bermain permainan tradisional. Seperti balapkarung, balap mobil kayu (sosorodotan) atau main lempar sarung. Apalagi sebulan sekali, saat purnama, di kampung ini juga menggelar festival kreatif, khususnya buat anak-anak atau kaulinan barudak.
"Masyakarat di sini perlahan menyadari bahwa seni itu tidak akan jauh dari lingkungannya. Sehingga maka kita terus berkembang mulai dari kesenian sampai tingkat pariwisata," katanya.
Menurutnya, dengan memberikan ruang kreativitas, maka eksplorasi masyarakat terus berkembang. Dari mulai melukis, membatik dan memahat wayang golek menjadi keahlian dan sumber ekonomi yang cukup memadai.
"Maka dari itu, selama sebulan ini, mulai 4 Agustus hingga 4 September, kita ajak masyarakat agar menunjukkan kreatifitasnya. Selain itu juga, organisasi kampus maupun wisatawan yang berkunjung bisa mengikutinya," kata Rahmat.
Ia berharap, kampung kreatif bisa mengangkat Kota Bandung tingkat internasional, khususnya segi kesenian dan tempat wisata. "Kampung ini menjadi salah satu pilot projects kreativitas. Dengan Mandiri dan mengembangkan keahliannya itu mampu memajukan lingkungan," ujarnya. tgh/R-1
Jejak Kerajaan Thailand
Masih tidak jauh dari kawasan kampung wisata Dago Pojok, dapat ditemui beberapa lokasi yang asri dan sebuah air terjun. Air terjun ini terkenal karena memiliki jejak prasasti, yang diduga berasal dari kerajaan Thailand.
Curug Dago, demikian masyarakat setempat menyebutnya memiliki ketinggian air terjun mencapai 30 meter.
Selain pengunjung bisa menikmati panorama keindahan curug dan alam di sekitarnya, juga bisa melacak jejak-jejak Kerajaan Thailand. Karena tak jauh bdari lokasi air terjun ada dua prasasti yang sarat dengan nilai sejarah peninggalan tahun 1818 M.
Menurut catatan sejarah, kedua prasasti itu merupakan peninggalan Raja Rama V dan Raja Rama VII yang pernah berkunjung ke Curug Dago.
Menikmati keheningan dengan hanya suara berisik air terjun bisa dilakukan berlama-lama disini. Ada saung yang bisa digunakan untuk duduk merenung , mengamati keindahan air terjun tersebut. tgh/R-1
Penulis:
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Inter Milan Bidik Puncak Klasemen Serie A
- 2 Di Forum Dunia, Presiden Prabowo Akui Tingkat Korupsi Indonesia Mengkhawatirkan
- 3 Program KPBU dan Investasi Terus Berjalan Bangun Kota Nusantara
- 4 India Incar Kesepakatan Penjualan Misil dengan Filipina Tahun Ini
- 5 Australia Tuduh Jet Tempur Tiongkok Lakukan Tindakan Tak Aman
Berita Terkini
-
Gerindra Rayakan HUT ke-17, Para Menteri dan Ketua Parpol Tampak Hadir
-
Persib Bandung Belum Terkalahkan di Laga Tandang, Klok Ingin Jaga Rekor
-
Gol Dianulir, Persik Kediri vs Persis Solo Berakhir 0-0
-
Harapan Baru untuk Penderita Kanker, Teknologi Nuklir Bantu Deteksi Lebih Dini dan Akurat
-
Tiongkok Jawab Donald Trump Soal Pengurangan Jumlah Senjata Nuklir