Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 15 Feb 2025, 09:40 WIB

Tiongkok Jawab Donald Trump Soal Pengurangan Jumlah Senjata Nuklir

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing, Jumat (14/2).

Foto: Antara

BEIJING - Tiongkok menjawab soal harapan Presiden AS Donald Trump yang mengusulkan pengurangan jumlah senjata nuklir maupun anggaran pertahanan AS, Russia dan Tiongkok.

"Tiongkok mengikuti kebijakan 'tidak menggunakan senjata nuklir lebih dahulu' dan strategi nuklir untuk pertahanan diri. Tiongkok selalu menjaga kekuatan nuklirnya pada tingkat minimum yang dipersyaratkan oleh keamanan nasional dan tidak pernah terlibat dalam perlombaan senjata dengan siapa pun," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing, Jumat (14/2).

Presiden AS Donald Trump pada Kamis (13/2) mengatakan bahwa ia ingin memulai kembali perundingan pengendalian senjata nuklir dengan Russia dan Tiongkok dan berharap ketiga pemimpin negara tersebut dapat sepakat untuk memangkas anggaran pertahanan mereka yang sangat besar hingga setengahnya.

Trump menyesalkan ratusan miliar dolar AS yang digunakan untuk membangun kembali persenjataan nuklir di AS dan mengatakan bahwa ia berharap untuk mendapatkan komitmen dari musuh-musuh AS agar juga memangkas pengeluaran senjata nuklir mereka.

"Tiongkok siap bekerja sama dengan semua pihak untuk secara tegas mendukung rezim pengendalian senjata multilateral dengan PBB sebagai intinya dan berkontribusi pada perdamaian dan keamanan dunia," ungkap Guo Jiakun.

Guo Jiakun menyebut AS dan Rusia bersama-sama memiliki lebih dari 90 persen senjata nuklir dunia.

"Pelucutan senjata nuklir harus mengikuti prinsip dasar 'menjaga stabilitas strategis global' dan 'tidak mengurangi keamanan bagi semua'. Sebagai pemilik persenjataan nuklir terbesar di dunia, AS dan Russia harus sungguh-sungguh memenuhi tanggung jawab pelucutan senjata nuklir mereka," tambah Guo Jiakun.

AS dan Russia juga diharapkan untuk melakukan pemangkasan drastis dan substantif terhadap persenjataan nuklir mereka dan menciptakan kondisi yang diperlukan bagi negara-negara pemilik senjata nuklir lain untuk bergabung dalam proses pelucutan senjata nuklir.

"Mengenai anggaran pertahanan, izinkan saya menekankan bahwa pengeluaran militer AS mencapai 40 persen dari total pengeluaran dunia pada 2024, yang merupakan yang tertinggi di dunia, dan lebih tinggi daripada gabungan delapan negara," ungkap Guo Jiakun.

Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional AS tahun anggaran 2025, ungkap Guo Jiakun, meningkatkan anggaran militer menjadi sekitar 895 miliar dolar AS.

"AS yang menganjurkan 'America First', maka AS lah yang seharusnya menjadi pihak pertama yang memangkas anggaran militer," tambah Guo Jiakun.

Sedangkan pengeluaran pertahanan nasional Tiongkok, kata Guo Jiakun, dalam anggaran tahunan relatif rendah.

"Pengeluaran pertahanan per kapita Tiongkok dan per anggota layanan juga relatif rendah. Tiongkok berkomitmen untuk pembangunan yang damai dan mengikuti kebijakan pertahanan nasional yang defensif," ungkap Guo Jiakun.

Guo Jiakun juga menyebut Tiongkok adalah memainkan peran menjaga stabilitas di dunia yang bergejolak, kekuatan positif bagi keamanan internasional, dan pelaku dalam menjaga perdamaian. Pengeluaran pertahanan nasional Tiongkok disebut terbatas untuk menjaga kedaulatan, keamanan, kepentingan pembangunan dan untuk menegakkan perdamaian dunia.

Pada masa jabatan pertamanya, Trump mencoba untuk membawa Tiongkok ke dalam perundingan pengurangan senjata nuklir ketika AS dan Russia sedang membicarakan perpanjangan pakta The New START (Strategic Arms Reduction Treaty) yaitu perjanjian penetapan batasan senjata nuklir jarak antarbenua, tapi upaya AS gagal.

Rusia menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian tersebut selama pemerintahan Biden karena AS dan Rusia melanjutkan program besar-besaran untuk memperpanjang masa pakai atau mengganti persenjataan nuklir era Perang Dingin mereka.

Laporan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) pada 2023 menyebutkan jumlah hulu ledak nuklir di seluruh dunia meningkat menjadi 9.576 pada 2023 dari tadinya 9.440 pada 2022.

Terdapat sembilan negara di dunia yang memiliki hulu ledak nuklir, yaitu Amerika Serikat, Russia, Inggris, Perancis, Tiongkok, India, Pakistan, Korea Utara dan Israel.

Dari 9.576 hulu ledak tersebut, sebanyak 3.844 di antaranya berada dalam posisi terpasang pada misil ataupun pesawat dan siap menyerang sewaktu-waktu. Sedangkan sisanya berstatus cadangan. Sekitar 90 persen senjata nuklir di dunia dimiliki oleh AS dan Russia, dua rival yang tak lepas dari warisan era Perang Dingin.

Negara-negara yang tercatat menambah jumlah hulu ledak nuklir adalah Russia, Tiongkok, India, Pakistan, dan Korea Utara.

Tiongkok disebut mengalami pertumbuhan pesat senjata nuklir, dengan menambah jumlah hulu ledak nuklir menjadi 410 dari 350. Negara tersebut juga disebut berpotensi memiliki rudal balistik antarbenua (ICBM) sebanyak AS atau Russia pada akhir dekade ini.

Redaktur: Lili Lestari

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.