Mengenal Reog Ponorogo, Warisan Nenek Moyang Yang Baru-Baru Ini Ingin Diklaim Malaysia
Foto: iStock/ User10095428_393Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengatakan pemerintah Malaysia berencana mengajukan kesenian Reog sebagai kebudayaan negaranya ke United Nation Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Melihat rencana tersebut lantas Muhadjir Effendy meminta pemerintah daerah Ponorogo, Jawa Timur untuk secepatnya mendaftarkan Reog Ponorogo pada UNESCO.
"Negara Malaysia rencananya mau ajukan juga, maka dari itu kita harus lebih dulu. Karena ini kan sudah menjadi budaya dan warisan kita," Ujarnya dalam keterangan resmi yang diterbitkan Kemenko PMK pada Selasa (5/4).
Reog Ponorogo sendiri diketahui adalah tarian tradisional dalam arena terbuka yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur. Di lansir dari Wikipedia, Reog Ponorogo adalah suatu hiburan yang biasanya diselenggarakan masyarakat dalam agenda pesta rakyat, acara pernikahan, khitanan dan lain sebagainya.
Menurut Margaret J.Kartomi dalam "Performance, Music and Meaning of Réyog Ponorogo" di jurnal Indonesia No. 22, Oktober 1976, kata "reyog" berasal dari kata "angreyok" yang ditulis pujangga Prapanca dalam Nagarakertagama. "Angreyok" berkaitan dengan dorongan semangat prajurit, pertunjukan tari reog, perang-perangan, dan mungkin berhubungan dengan pengetahuan militer kuno.
"Meskipun dapat dipastikan bahwa sebagian besar elemen dari reyog Ponorogo memang sudah sangat tua, rujukan paling awal yang diketahui tentang bentuk-bentuk seni yang menyerupai itu terkandung dalam Serat Cabolang, sebuah tembang yang mungkin ditulis di Surakarta pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19," catat Kartomi.
Serat Cabolang antara lain mengisahkan pengembaraan Cabolang, putra seorang kiai, di Ponorogo.
Reog salah satu kebudayaan yang masih sangat kental dengan mengandung unsur magis, dengan hal-hal yang berbau mistis serta ilmu kebatinan yang kuat. Dalam pementasannya terdapat penari utama yang biasanya berkepala singa dengan hiasan bulu merak dan beberapa pria dan wanita bertopeng yang berkuda lumping.
Pertunjukan Reog selain memiliki nilai seni juga memiliki nilai-nilai leluhur. Dalam proses pementasan, terdiri dari beberapa rangkaian tarian pembukaan, yang di pimpin oleh barongan penari utama yang menggunakan kepala singa, dengan bulu yang dikibas-kibaskan. Selain itu di belakangnya beberapa orang yang menunggangi kuda (jathil), serta di susul oleh penari topeng pujangganong, penari kelana sewandana, serta pasukan pemegang alat musik tradisional gamelan.
Reog Obyog melakukan pertunjukan di jalanan, seringkali di desa. Sedangkan Festival Reog biasanya telah mengalami banyak modifikasi serta tidak menentu pertunjukannya sejak pementasa di Ponorogo pada tahun 1997. Karena sudah ada berabad-abad lamanya, kesenian Reog banyak mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Berbagai macam latar belakang ceritanya juga muncul berbeda-beda. Ada pula yang mengaitkannya dengan kepercayaan animisme mengenai adanya roh penjaga dan pelindung suatu wilayah
Berita Trending
- 1 Hasil Survei SMRC Tunjukkan Elektabilitas Pramono-Rano Karno Melejit dan Sudah Menyalip RK-Suswono
- 2 Kasad: Tingkatkan Kualitas Hidup Warga Papua Melalui Air Bersih dan Energi Ramah Lingkungan
- 3 Cagub DKI Pramono Targetkan Raih Suara di Atas 50 Persen di Jaksel saat Pilkada
- 4 Pelaku Pembobol Ruang Guru SMKN 12 Jakut Diburu Polisi
- 5 Panglima TNI Perintahkan Prajurit Berantas Judi “Online”