Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Mengapa Ketegangan Russia-Ukraina Membuat Timur Tengah Gelisah

Foto : Istimewa

Ilustrasi. Pemberontak Houthi Yaman membuang paket bantuan kedaluwarsa dari Program Pangan Dunia (WFP) di ibu kota Sanaa pada 2019.

A   A   A   Pengaturan Font

"Otomatis jika pecah perang dampak ikutannya akan menaikkan harga pangan dunia, mengingat Eropa dan Russia makanan pokoknya adalah gandum. Selain itu efek karambolnya akan kita rasakan karena ketergantungan gandum impor kita masih tinggi," kata Ramdan.

Perusahaan-perusahaan besar yang gandumnya impor akan merasakan dampaknya. Sesuai hukum supply and demand, tambah dia, jika terjadi perang, maka kebutuhan internal negara-negara yang terlibat perang akan meningkat, seiring terganggunya lini produksi karena perang.

Rantai bahan baku dan proses industri juga terganggu. Hal itu terjadi, tambah dia, karena selain banyak kegiatan yang terhenti, sumber daya manusia yang terlibat juga akan banyak dipanggil untuk bela negara melalui wajib militer, sehingga proses produksinya kekuarangan orang.

"Ini menjadi pelajaran bagi kita agar tidak terlalu bergantung dengan gandum impor. Seharusnya momen ini bisa menjadi blessing, dengan membangkitkan program food estate untuk meningkatkan produksi subtitusi impor gandum, seperti tepung kasafa, agar kita bisa bergerak menuju kemandirian dan kedaulatan pangan," tukasnya.

Sementara itu, Penasehat Senior Indonesia Human Right Committee for Social Justice (IHCS), Gunawan, mengatakan perang Russia dan Ukraina berpotensi meningkatkan harga pangan global, salah satunya harga gandum dan Indonesia akan terdampak.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top