Massa yang Marah Lempar Lumpur ke Raja
Cemooh Ratu dan Raja l Ratu Letizia (tengah) dan Raja Felipe VI dari Spanyol bereaksi ketika warga yang marah mencemooh mereka selama kunjungan ke Kota Paiporta di wilayah Valencia, Spanyol timur, pada Minggu (3/11,
Foto: AFP/Manaure QuinteroVALENCIA - Penduduk setempat yang marah telah melemparkan lumpur dan hinaan kepada raja, ratu, dan perdana menteri Spanyol pada Minggu (3/11) dalam sebuah unjuk kemarahan yang mengejutkan di kota yang paling parah dilanda bencana banjir yang telah menewaskan lebih dari 210 orang.
Hujan deras yang kembali turun di wilayah Valencia telah membuat Raja Felipe VI, Ratu Letizia dan PM Pedro Sanchez terpaksa meninggalkan Paiporta, tempat lebih dari 70 orang tewas akibat banjir bandang Selasa (29/10) lalu.
Lumpur mengenai wajah dan pakaian raja saat mereka mencoba menenangkan massa yang marah dalam adegan yang menggarisbawahi kemarahan atas tanggapan terhadap bencana yang kini telah menewaskan sedikitnya 217 orang dan banyak lagi yang masih hilang.
- Baca Juga: Badai Beku Arktik Hantam Eropa
- Baca Juga: Permintaan EV Lesu, 4.000 Karyawan Ford di Eropa Terancam PHK
“Garda Sipil telah membuka penyelidikan terhadap kekacauan di Kota Paiporta yang mempersingkat kunjungan raja, ratu dan perdana menteri pada Minggu,” ucap Menteri Dalam Negeri Fernando Grande-Marlaska mengatakan kepada lembaga penyiaran publik TVE.
Grande-Marlaska pun menyalahkan kelompok marjinal karena memicu kekerasan, di mana lemparan lumpur mengenai wajah dan pakaian raja serta memecahkan jendela mobil PM Sanchez.
Peringatan Merah
Untuk mencari korban lebih banyak, pada Senin (4/11) tim penyelamat Spanyol terjun ke sebuah garasi yang terendam banjir. Penyelam pada Senin memusatkan pencarian mayat yang hilang di garasi dan tempat parkir mobil bertingkat di Kota Aldaia yang mampu menampung ribuan kendaraan.
Banjir bandang pekan lalu menyebabkan banyak korban terperangkap di kendaraan mereka di jalan raya dan di ruang bawah tanah seperti tempat parkir mobil, terowongan, dan garasi, di mana operasi penyelamatan sangat sulit dilakukan.
Jumlah korban tewas hingga awal pekan ini diperkirakan mencapai 217 orang dimana hampir semua korban berasal dari wilayah Valencia timur.
Sementara itu dinas cuaca nasional AEMET mengumumkan berakhirnya keadaan darurat untuk Valencia, tetapi menempatkan sebagian wilayah timur laut Catalonia pada peringatan merah tertinggi untuk hujan lebat pada Senin.
“Akibat peringatan merah itu pun, pihak dinas kereta Catalan menangguhkan operasionalnya, sementara jadwal penerbangan harus ditunda atau dialihkan di Bandara El Prat Barcelona,” kata Menteri Transportasi Oscar Puente di media sosial X.
Di sisi lain para ahli mempertanyakan sistem peringatan darurat yang gagal memberi peringatan pada penduduk tepat waktu dan kecepatan responsnya.
“Politisi belum bertindak mengatasi perubahan iklim, dan sekarang kita menanggung akibat dari ketidakpedulian mereka,” kata seorang aktivis lingkungan Emi, 21 tahun, kepada AFP. AFP/I-1
Berita Trending
- 1 Electricity Connect 2024, Momentum Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional
- 2 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 3 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Tim Putra LavAni Kembali Tembus Grand Final Usai Bungkam Indomaret
Berita Terkini
- Presiden Prabowo Bertemu Larry the Cat di Kantor PM Inggris
- Indosat Ooredoo Hutchison Komitmen Transformasi Adopsi AI
- Mary Jane Dipulangkan, Presiden Marcos Puji Hubungan Indonesia-Filipina
- Pengungsi Lewotobi Dapat Bantuan Pulsa dan Akses Internet Gratis
- Komnas HAM Apresiasi Pemindahan Mary Jane ke Filipina