Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

"Link and Match" Pendidikan Kita

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Oleh karena itu, konsep link and match pelaksanaanya memang harus dijalankan secara masif dan simultan oleh stakeholder terkait, yaitu sekolah (SMK)/perguruan tinggi, dunia kerja (perusahaan) dan pemerintah. Dari ketiga komponen stakeholder tersebut, peran perguruan tinggi sangat vital. Sebab, kreativitas dan kecerdasan pengelola perguruan tinggi menjadi faktor penentu bagi sukses tidaknya program tersebut.

Mengingat perguruan tinggi berperan sangat vital untuk pelaksanaan program ini, maka satu-satunya jalan sebagai langkah awal, perguruan tinggi harus melakukan riset terhadap dunia kerja.

Sebagai catatan, sebelum Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) berganti baju menjadi Universitas Negeri (UN), lulusan IKIP yang jelas-jelas diarahkan untuk menjadi guru, dibekali keterampilan mendidik bernama microteaching yang dapat diartikan sebagai model pelatihan guru/calon guru untuk menguasai keterampilan mengajar tertentu melalui proses pengajaran yang sederhana, serta mendapatkan ijazah Akta IV saja banyak yang tidak link and match saat mengajar di kelas sesuai dengan bidang studinya. Kurikulum Pendidikan di IKIP dan Kurikulum Pendidikan di sekolah tidak nyambung. Padahal sama-sama institusi di ranah satu atap Kementrian Pendidikan.

Kini setelah IKIP berubah menjadi UN, tidak ada lagi pendidikan khusus calon guru. Terpaksa karena kebutuhan keduabelah pihak (tenaga kerja dan sekolah/tempat kerja) banyak lulusan UN yang menjadi guru tanpa bekal keterampilan mendidik dan tanpa ijazah Akta IV. Dapat dibayangkan bagaimana sekolah-sekolah Indonesia kini diajar oleh guru-guru yang tidak match. Pemerintahpun bersibuk ria dengan program sertifikasi guru/dosen untuk mengakali agar guru/dosen sesuai standar kompetensi profesi yang dibutuhkan.

Bagaimana dengan link and match antara perguruan tinggi dengan dunia kerja industri? Faktanya, penggangguran terdidik (mengantongi ijazah SI maupun S2) pun terus bertambah, karena tidak terbudaya dan tidak terprogramnya riset dan riset oleh perguruan tinggi terhadap industri. Padahal, riset sangat vital untuk mengetahui kompentensi (keahlian) apa yang paling dibutuhkan dunia kerja dan kompetensi apa yang paling banyak dibutuhkan dunia kerja.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top