Leptis Magna, Kota Roma nan Megah di Libia Utara
Foto: afp/ Mahmud TURKIALeptis Magna adalah kota utama pada masa Kekaisaran Romawi. Reruntuhan kota tua ini merupakan salah satu situs Romawi paling spektakuler dan tak terjamah di Laut Tengah.
Di negara Libia di utara benua Afrika terdapat sebuah kota kuno bernama Leptis Magna. Terletak bagian barat negara itu, kota ini dibangun oleh orang-orang Fenisia yang didirikan oleh Tirus pada abad ke-7 SM.
Kota ini berupa pelabuhan alami berjarak 3 kilometer di sebelah timur Kota Khoms atau berjarak 120 kilometer di sebelah timur Tripoli, ibu kota Libia. Kota ini adalah salah satu kota paling menonjol di Afrika utara pada era Kekaisaran Romawi.
Kota ini menjadi kota besar pada masa Romawi dan merupakan tempat kelahiran Kaisar Septimius Severus (memerintah tahun 193-211 M). Leptis Magna, berkat reruntuhannya yang mengesankan seperti Teater Augustan, forum, dan lengkungan Tetrapylon, kini terdaftar oleh UNESCO sebagai situs warisan dunia.
Kota pesisir yang kemudian disebut oleh orang Romawi sebagai Leptis Magna ini didirikan pada paruh kedua abad ke-7 SM. Pelabuhan alaminya berada di muara Sungai Wadi Lebda yang digunakan oleh penjajah Fenisia dari Tirus untuk tinggal.
Sejarah nama Leptis sebelum zaman Romawi kemungkinan disebut Lpqy. Namun gagasan ini tidak lengkap karena kurangnya bukti arkeologi. Tetapi pada awalnya terdapat area terbuka bersisi empat yang kemungkinan berfungsi sebagai forum publik, pekuburan abad ke-4 SM (yang kemudian ditutupi oleh teater Romawi), dan kuil yang didedikasikan untuk dua dewa pelindung kota, Shadrapa dan Milk'ashtart.
Kota ini menjadi makmur sebagian besar berkat produksi dan ekspor minyak zaitun, tetapi tidak lepas dari pesaingnya, terutama koloni Yunani Cinyps yang hanya berjarak 18 kilometer di sepanjang pantai. Namun saat itu Leptis Magna adalah salah satu permata Kekaisaran Romawi. Garis pantai di sekitarnya menjadi tempat favorit para bangsawan untuk membangun vila mereka.
Pada abad ke-2 SM, kota ini mendapatkan dukungan dengan menyokong Roma selama Perang Punisia III dengan Kartago yang terjadi antara 149-146 SM. Pada abad ke-1 SM, kota itu kemudian memilih pihak yang salah untuk didukung selama perang saudara Roma antara Julius Caesar yang memerintah 100-44 SM, dan Pompey yang Agung yang memerintah 106-48 SM.
Caesar menang pada tahun 48 SM dan ia segera mengenakan biaya tahunan sebesar tiga juta pon minyak zaitun kepada kota itu sebagai ganti rugi atas kesalahannya dalam mengambil keputusan. Bangsa Romawi lalu membangun bendungan dan kanal di sekitar kota untuk mengelola banjir rutin Sungai Wadi Lebda dengan lebih baik.
Sebagian besar reruntuhan di situs itu saat ini berasal dari periode Romawi, dan sebagian besar berasal dari masa pemerintahan Kaisar Augustus yang memerintah 27 SM - 14 M atau setelahnya. Meskipun demikian, reruntuhan itu sering kali menampilkan campuran gaya arsitektur Punisia dan Romawi yang menarik.
Teater Augustan yang besar misalnya memiliki panggung berkolom dan pasar atau macellum berasal dari periode yang sama. Kedua bangunan ini dibiayai oleh seorang bangsawan lokal yang bernama Annobal Tapapius Rufus. Pasar itu unik karena memiliki dua balai pasar setengah lingkaran, dan batu-batu yang diukir dengan ukuran standar Romawi untuk panjang dan volume masih dapat dilihat hingga saat ini.
Bangunan Romawi terkenal lainnya adalah Chalcidium, bangunan berkolom yang fungsinya tidak pasti namun kemungkinan untuk tujuan komersial. Lainnya adalah kuil yang didedikasikan untuk keluarga Augustus dan Roma. Kuil yang terakhir tersebut memiliki dua patung Augustus dan istrinya Livia yang indah, dan sekarang dipajang di Museum Arkeologi Tripoli.
Leptis Magna kemudian dijadikan municipium Romawi pada tahun 64 M. Dengan status ini maka kota itu harus memenuhi kewajiban-kewajiban tertentu dengan imbalan mendapat hak khusus dan perlindungan.
Sekitar tahun 110 M, kota itu diberi status resmi sebagai koloni Romawi yang memberinya hak suara kembali di Italia. Selanjutnya Forum Trajan dan Arch of Trajan dibangun. Saluran air baru dibangun pada masa pemerintahan Hadrian (117-138 M), yang lagi-lagi dibiayai oleh bangsawan setempat yaitu Quintus Servilius Candidus.
Tambahan lain untuk fasilitas kota adalah pemandian Romawi yang dibangun menggunakan marmer dan batu bata, yang terletak di samping ruang palaestra yang besar. Kala itu pada 56 M Leptis Magna yang sudah memiliki amfiteater, sirkus yang gerbang awalnya masih bertahan dengan sangat baik sampai sekarang. Lainnya adalah banyak vila besar yang lantai mosaiknya merupakan bukti abadi kemakmuran kota.
Efek Septimius Severus
Pada akhir abad ke-2 M masa-masa indah terus berlanjut, bahkan menjadi lebih baik, dan kota ini melahirkan putranya yang paling terkenal karena merupakan calon kaisar Romawi yaitu Septimius Severus. Lahir dalam keluarga bangsawan setempat, Septimius memastikan kampung halamannya tidak kekurangan investasi.
Tanpa malu-malu, seperti yang dikemukakan oleh sejarawan Mortimer Wheeler dalam Roman Art and Architecture (1985), "ia menghambur-hamburkan kekayaan seni di tempat kelahirannya yang melebihi signifikansi ekonomi dan politiknya," tulis Wheeler dikutip laman World History.
Gerbang gapura lengkungan Tetrapylon bersisi empat kemungkinan didirikan untuk menghormati perjalanan Septimius Severus pulang kampung pada tahun 203 M. Akibatnya, Leptis Magna menjadi kota terpenting kedua setelah Kartago di Afrika utara Romawi.
Gelombang pembaruan perkotaan baru dimulai untuk menghormati hubungan kota tersebut dengan orang paling berkuasa di dunia kuno. Sementara batu kapur kuning lokal merupakan sumber utama bahan bangunan, kas kekaisaran digunakan untuk membeli batu yang jauh lebih mahal dan langka untuk hiasan dan kolom seperti marmer Pentelic putih berkilau dan marmer Carystian hijau dari Yunani, marmer Proconnesian putih berurat abu-abu dari Turki, dan granit merah Mesir.
Sebuah forum baru dibangun dengan ukuran 305 x 183 meter, dan salah satu basilika terbaik di Kekaisaran dibangun yang memiliki tiga lorong, dua apses, dan pahatan adegan yang sangat dekoratif yang menunjukkan dewa-dewi keluarga Severan, Dionysos, dan Hercules. Mencapai ketinggian sekitar 30 meter, basilika itu sangat ambisius, butuh waktu hingga masa pemerintahan Caracalla (211-217 M) untuk menyelesaikannya. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 3 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 4 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
- 5 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
Berita Terkini
- Status Pailit Sritex, Berikut Penjelasan BNI
- Arab Saudi: Habis Minyak Bumi, Terbitlah Lithium
- Misi Terbaru Tom Cruise: Sabotase Pasukan Jerman!
- AirNav Pastikan Kelancaran Navigasi Penerbangan Natal dan Tahun Baru 2024/2025
- Sambut Natal 2024, Bank Mandiri Bagikan 2.000 Paket Alat Sekolah hingga Kebutuhan Pokok di Seluruh Indonesia