Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kristalisasi Semangat Berkurban

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Dalam konteks keindonesiaan masa kini, harus berani mengorbankan yang paling kita cintai.

Kecintaan yang kuat akan kepemilikan berpotensi memalingkan diri dari Allah. Sesuatu yang kita cintai bisa saja berupa harta, uang, kekuasaan, atau jabatan yang mampu menjauhkan dari amanah.

Akal terkadang tidak mau tunduk pada pemahaman keamanahan. Logika yang dikembangkan sering lebih memilih untuk memanfaatkan peluang. Dalam praktik penyelenggaraan negara dan pemerintahan, kita jelas membutuhkan sosok-sosok pemimpin teguh, yang ternyata hanya fatamorgana. Mereka seolah-olah berpihak kepada rakyat, namun kita terbanting oleh kenyataan.

Banyak pemegang kekuasaan yang menyuarakan perang melawan korupsi. Bahkan ada yang mengusulkan hukuman, misalnya, potong jari tangan, untuk menciptakan efek jera. Namun, jangankan menjaga marwah amanah kepemimpinannya, pernyataan itu begitu saja termentahkan oleh realitas pejabat publik tersebut tertangkap tangan menerima suap. Kondisi-kondisi antiamanah seperti inilah yang terus tersaji. Ini sangat menyedihkan.

Konsistensi Ibrahim sebagai pesan moral Idul Adha, di hadapan kondisi sekarang, ibarat paradoks pengorbanan. Hakikat berkorban mengikhlaskan sesuatu yang dicintai. Ini tidak tampak dalam praktik politik kekuasaan. Tidak ada pengorbanan di dalamnya. Elite yang seharusnya banyak berkorban, mereka menegasikan. Merkea seharusnya berpihak kepada rakyat, tapi justru fokus pada diri sendiri demi kepentingan- kepentingan untuk memenuhi hajat kekuasaannya.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top