Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kisah Pelindung Kakatua Seram di Negeri Masihulan (Bagian 1)

Foto : . (FOTO ANTARA/HO-Marvento F Laurens)

Wakil Ketua Grup Birdwatching Masihulan Noke Lopez Sapulete di Plafon Mauayaka, Desa Masihulan, Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

A   A   A   Pengaturan Font

Perburuan si paruh bengkok ternyata terukur dan terencana dengan baik oleh mereka yang memang berpofesi sebagai pemburu satwa endemik itu. Ada empat kelompok penangkap burung paruh bengkok di Masihulan, di mana masing-masing pimpinan kelompok bekerja secara terpisah dengan masing-masing anak buahnya.

Ada pimpinan kelompok yang memiliki tugas untuk memanjat pohon dan memasang jerat di ketinggian pohon sekitar 40 hingga 50 meter. Namun ada juga yang membuat jerat khusus untuk burung kakatua seram dan jenis nuri seram.

Ada pula yang bertugas khusus untuk menyiapkan perbekalan, ada yang menjadi surveyor yang bertugas menyurvei terlebih dulu pohon-pohon tempat burung-burung yang diincar itu tidur atau hinggap dan berteduh. Selaku tim survei, mereka tentu akan melaporkan pada pimpinan kelompok sehingga dapat ditentukan pula berapa banyak perbekalan yang harus disiapkan.

Di tahun 1998, harga kakatua seram dan nuri kepala hitam mencapai harga sekitar Rp15.000 sedangkan harga burung lainnya tentu jauh lebih murah. Jalur penjualan atau pembeliannya ada di Ambon melalui pengepul di Sawai dan Masihulan, yang kemudian dibawa ke Surabaya.

Namun tentu saja aksi perburuan mereka yang sudah dilakukan bahkan hingga tiga generasi membuat populasi burung paruh bengkok berubah, menjadikannya sangat langka. Lama kelamaan burung tersebut semakin sulit ditemui, karena berpindah pohon ke dalam hutan dengan jarak tempuh yang sangat jauh dijangkau dari pemukiman di Desa Masihulan.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top