Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kisah Pelindung Kakatua Seram di Negeri Masihulan (Bagian 1)

Foto : . (FOTO ANTARA/HO-Marvento F Laurens)

Wakil Ketua Grup Birdwatching Masihulan Noke Lopez Sapulete di Plafon Mauayaka, Desa Masihulan, Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

A   A   A   Pengaturan Font

Ada pula yang membeli burung endemik kakatua seram plus lima hingga 10 ekor nuri kecil hasil perburuan mereka dengan harga Rp500 hingga Rp1.000 per ekor.

"Nilai Rp500 sampai Rp.1000, mata uang pada saat itu 'tu su' kuat sudah. Tapi Sebagian besarnya masih tukar menukar dengan barang dari pedagang luar yang datang, kayak 'kaeng', atauapa yang 'katong'butuhkan pada saat itu. Bahkan ada satu barang yang bisa ditukar dengan burung tiga sampai ekor," kataSony mencoba mengingat lagi bahwa 35 sampai 40 tahun lalu nilai Rp500 sampai Rp1.000 sudah kuat dan hasil penjualan kakatua seram pun digunakan untuk bertukar barang di Masihulan.



Untuk menjadi seorang penangkap kakatua dan burung paruh bengkok lainnya memang harus mempunyai ketrampilan khusus, karena harus bisa memanjat pohon setinggi 40 hingga 50 meter, kata Sony.

Saat hendak menangkap kakatua seram maka seseorang harus punya kemampuan memanjat pohon tinggi, namun untuk nuri tengkuk ungu sang pemburu harus mampu memanjat pohon setinggi 10 hingga 15 meter saja.

"Beta (saya) putus sekolah sejak SMP, pengaruh karena tangkap burung. Akhirnya putus tengah jalan, mentok di SMP, 'seng' (tidak) lanjut," cerita Sony perihal dirinya yang memutuskan putus sekolah sejak SMP karena memilih menjadi pemburu burung paruh bengkok.

"Selain tangkap burung, beta juga bawa mobil, sempat jadi sopir perusahaan. Tapi kalausu rindu kampong (sudah rindu kampung), pasti pulang 'voor' (untuk) tangkap burung," katanya melanjutkan ceritadirinya yang sempat menjadi supir perusahaan namun selalu rindu kampung dan memburu si paruh bengkok lagi.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top