![](https://koran-jakarta.com/img/site-logo-white.png)
Kesehatan Mental Ibu Bisa Picu Anak Stunting
Peneliti Action Against Stunting Hub (AASH)/Seamo Refcon, Risatianti Kolopaking, dalam diseminasi temuan awal penelitian (AASH)/Seamo Refcon di Jakarta, Kamis (13/2).
Foto: Muhamad MarupJAKARTA - Peneliti Action Against Stunting Hub (AASH)/Seamo Refcon, Risatianti Kolopaking, mengatakan, banyak hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk dari sisi ibu. Menurutnya, perkembangan anak juga dapat dipengaruhi kesehatan mental ibu.
"Anak dari ibu dengan gangguan mental umum yang rendah memiliki hasil yang lebih baik dalam perkembangan kognitif, bahasa ekspresif, dan motorik," katanya dalam diseminasi temuan awal penelitian (AASH)/Seamo Refcon di Jakarta, Kamis (13/2).
Dia menerangkan, gangguan mental yang dimaksud pun beragam mulai dari gejala depresi yang dihitung dalam skala ringan hingga sedang. Menurutnya, pelibatan orang tua dan masyarakat menjadi penting dalam konteks penanganan mental ibu.
"Depresi pada ibu ini berkontribusi pada keterlambatan perkembangan anak, bahkan untuk stunting anak ini juga ada pengaruhnya," jelasnya.
Country Lead AASH, Umi Fahmida, mengatakan, pihaknya melakukan penelitian yang terdiri dari dua komponen, yakni observasi kohort ibu hamil yang dilanjutkan hingga anak mereka berusia 24 bulan. Kemudian, studi intervensi dengan menggunakan telur sebagai makanan tambahan.
"Hal ini untuk mengetahui efektivitas peningkatan kualitas asupan selama kehamilan terhadap epigenetik dan stunting pada bayi," katanya.
Dia menerangkan, selama penelitian, berbagai pengumpulan data dilakukan berdasarkan pendekatan anak secara utuh. Menurutnya, setidaknya ada empat komponen yang ditampilkan dalam penelitian.
Pertama, profil asupan dan status gizi, epigenetik, genetik dari anak dan kedua orang tua, serta saluran cerna (komponen fisik). Kedua, perkembangan anak yang meliputi proses berpikir, kemampuan bahasa dan motorik, kesiapan belajar, serta asuhan psikososial (komponen kognitif).
Ketiga, lingkungan belajar anak usia dini (komponen pendidikan). Keempat, lingkungan pangan termasuk WASH, keamanan pangan dan rantai nilai pangan dari makanan padat gizi (komponen pangan).
"Pengumpulan data dilakukan di beberapa tahapan pada 1.000 hari pertama kehidupan, yakni masa kehamilan, menyusui dan periode makanan pendamping ASI," ucapnya.
Umi menambahkan, penelitian itu merancang intervensi yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi, dan mengembalikan beberapa karakteristik utama dari stunting. "Diharapkan hasil temuan awal ini dapat memberikan informasi penting yang relevan bagi para pengambil kebijakan dalam mendorong percepatan penurunan stunting," tuturnya.
Berita Trending
- 1 Masih Jadi Misteri Besar, Kementerian Kebudayaan Dorong Riset Situs Gunung Padang di Cianjur
- 2 Cap Go Meh representasi nilai kebudayaan yang beragam di Bengkayang
- 3 Program KPBU dan Investasi Terus Berjalan Bangun Kota Nusantara
- 4 Kemenperin Minta Aparat Beri Kepastian Hukum Investasi di Indonesia
- 5 Inflasi Rendah Belum Tentu Hasilkan Pertumbuhan Berkualitas